Diujung malam  yang lelapÂ
Bintang gemintang di langit sepi cahayaÂ
Rembulan hilang dalam dekapan awanÂ
Tapi nun dibawah sana, pada rumah-rumahÂ
Semburat cahaya naik ke langit, lurus tak terhalang
Ada ribuan doa-doa beterbangan semacam kupu-kupu
Dadaku yang sunyi tiba-tiba bersenandungÂ
Allah, AllaahÂ
 Diam-diam Ia menitipkan nyanyian dalam pekatnya waktuÂ
Diantara badai, diantara hujan deras , diantara banyak kehilanganÂ
Aku merebah pasrah seperti dedaunan yang dihembus anginÂ
Aku menari dalam gempita gelombang tanpa jedaÂ
Aku hilang dalam cahaya gemerlapan saat butaku sungguh fanaÂ
Semesta yang seakan diam tanpa kataÂ
Tak mampu dilukiskan dalam rupa dan kata
Bagaimana Ia menuliskan lagu-lagu takdir manusiaÂ
Yang naik dan turun bersamaan dalam satu perahu-NyaÂ
Bila mana ingat betapa dzolimnya diri dan kepapaan yang menaliÂ
 Maka segala seakan sirna dalam genggaman-NyaÂ
Tak ada aku atau kamu tapi Ia semataÂ
Aku malu, lebih dalam