Pernahkah Anda mendapatkan pertolongan dari orang lain saat berada di sarana transportasi umum? Entah hal itu berada di dalam kendaraan seperti bus, kereta api, kapal laut atau pesawat terbang? Bisa juga kebaikan itu terjadi saat kita berada di sekitar terminal, pelabuhan laut, bandara udara ataupun di sekitar halte
Selanjutnya, apakah tawaran kebaikan itu Anda terima atau tolak? Sebaliknya, pernahkah Anda juga menawarkan bantuan kepada para penumpang lain yang Anda tidak kenal saat berada di transportasi umum?
Rasanya begitu banyak pertanyaan yang ada di kepala kita untuk dijadikan bahan diskusi mulai dari opsi menerima, atau menolak bantuan dari orang lain, bahkan klausa hanya niat kita yang baik untuk membantu orang lain juga saat berada di kendaraan umum.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap perilaku random "Act of Kindness" dari atau kepada orang lain terutama saat kita berada di negara orang lain dengan way of life, budaya, karakter dan self-esteem-nya yang jauh berbeda dengan masyarakat kita.
Beberapa pengalaman menarik yang pernah saya dapatkan untuk diambil sebagai bahan pembelajaran bersama, baik saat berada di sarana transportasi umum di dalam negeri maupun di luar negeri, dan ini adalah kejadian nyata.
Baca juga : Pilih "One in A Million Moments" Ataukah "One Moment in Time?"
Pertama, ada orang asing yang memberikan bantuan pada saya di Kota Perth, Australia Barat, saat dalam perjalanan karena ada keperluan ke Hay dan Murray Street yang merupakan downtown, yaitu pusat kota dimana sebagai shopping centre yang selalu ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai negara bila weekend tiba.
Semua itu semata karena kecerobohan saya sendiri. Biasanya, setelah seharian beraktivitas, begitu masuk kamar di asrama yang terletak di Cleaver Street, dompet saya letakan di meja kamar dan segera saya keluarkan koin atau uang logam mulai dari 5 sen sampai 2 dollar agar dompet saya tidak menjadi berat dan tebal saat di kantong celana belakang.
Begitu masuk ke dalam bus dan membuka dompet, baru sadar ternyata kartu E-money untuk ongkos kendaraan dan banyak uang koin dengan nominal 1 atau 2 dollar Australia tertinggal di kamar. Di dalam dompet memang ada uang kertas, tapi pecahan 100 dollar. Panik juga sih, apalagi sopir bus mengatakan tidak menyediakan exchange (uang kembalian).Â
Semua ongkos harus dengan uang pas. Ingat, semua bus umum di luar negeri tidak ada kenek atau kondekturnya. Semua tugas harus dilakukan oleh sopir bus itu sendiri yang dibantu dengan alat canggih untuk menghitung ongkos.
Beruntungnya, ada seorang bapak warga negara  Australia yang baik hati dengan sukarela membayar ongkos bus saya sebesar 4 dollar Australia atau sekitar 45.000. Rupiah.
Pengalaman itu sungguh masih membekas di hati sampai saat ini. Saya tidak bisa membalas budi langsung pada orang yang dermawan yang telah berkenan membantu tanpa pamrih kepada saya yang sedang merantau di Australia Barat tanpa memandang suku, bangsa, agama maupun negara saya berasal.
Baca juga : Demokrasi, Saat Matinya Kedaulatan di Tangan Rakyat?
Kedua, ada juga orang Jepang yang membantu saya saat berada di kereta api dalam perjalanan ke Osaka. Koper kecil dan tripod kamera saya letakan di bagasi atas di tempat yang terbuka. Begitu sampai di stasiun tujuan, saya diingatkan olehnya dalam bahasa Jepang.
"Chotto matte kudasai! Anata no wasure mono o motte kaette ne!" Artinya, "tunggu sebentar! Itu ada barang yang ketinggalan dan silakan Anda bawa pulang ya!".
Hal itu membuat saya sangat berterima kasih pada orang Jepang yang baik hati tersebut. Sebaliknya, kejadian tersebut mengingatkan kasus yang menyedihkan, yaitu hilangnya laptop anak saya yang kuliah di STAN saat kembali ke Jakarta sehabis liburan semester.Â
Entah bagaimana, begitu turun dari bus malam sesampainya di Jakarta, anak saya baru menyadari bahwa laptop di tas sudah lenyap dan diganti dengan satu ream kertas HVS.
Saya yakin, kasus seperti itu banyak terjadi pada penumpang di bus malam atau kereta api di tanah air. Bila lapor ke crew bus pun juga akan percuma, karena akan selalu dijawab bahwa tanggung jawab barang bawaan penumpang harus pada mereka sendiri bila hilang.
Baca juga : Pramuka Indonesia, Masihkah Di Sini Senang di Sana Senang?
Dari kedua contoh di atas, random "Act of Kindness" atau kebaikan dari orang asing di kendaraan umum, masihlah banyak terjadi baik di negara orang lain sekalipun. Masih banyak orang yang berkarakter baik dan berhati mulia bertebaran di negara manapun.
Coba Anda ingat-ingat kebaikan mereka seperti ada para penumpang yang membantu saat kita tersesat atau salah arah, ada yang membantu mengangkat koper kita masuk ke dalam bagasi di pesawat terbang, dan masih banyak bentuk kebaikan lain tentunya meskipun kecil atau terlihat sederhana.
Apakah suatu kebaikan orang lain di kendaraan umum harus selalu diterima?
Jawabannya, "TIDAK". Ingatlah, tidak semua bantuan mereka itu berniat baik, dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Ada juga yang berniat jahat dan menggunakan kesempatan untuk kepentingan pribadinya meskipun pada awalnya terlihat mulia.
Adik ipar saya pernah mengalami kejadian buruk saat berada di bus umum. Ada seorang bapak yang terlihat berpakaian rapi, tutur katanya yang sopan dan terlihat religius.
Karena udara panas di dalam bus, dia menawari minuman yang segelnya masih tertutup rapat. Adik ipar saya tanpa curiga pun menerima dan meminumnya. Setelah itu, tahu-tahu, adik saya sudah berada di rumah sakit dalam kondisi tidak sadar. Dompet berisi uang, tas laptop dan jam tangannya sudah lenyap.
Ternyata, minuman kemasan yang terlihat utuh tersebut telah disuntik dengan cairan obat bius. Saat korbannya tidak sadar, semua barang berhargannya dikuras. Beruntungnya, sopir bus yang baik hati membawanya ke rumah sakit karena ada penumpang yang memberitahu bahwa ada penumpang yang pingsan.
Satu contoh kasus lagi dan ini sangat berbahaya. Jangan pernah mau atau bersedia untuk membawakan koper dan tas milik orang lain yang baru dikenal saat berada di bandara udara. Banyak kasus, ternyata isinya adalah narkoba dan orang yang membawanya, tanpa ampun akan langsung ditangkap.
Kita harus tetap waspada dan menggunakan intuisi dalam diri kita bahwa orang lain di kendaraan umum tersebut benar-benar membutuhkan bantuan atau hanya sekedar berpura-pura agar dikasihani oleh orang lain.Â
Bagaimana kita bersikap atau berinisiatif untuk menawari bantuan pada orang lain saat di kendaraan umum?
Untuk pertanyaan di atas, itu adalah situasional. Bisa "IYA" atau "JANGAN". Semua itu tergantung di negara mana Anda berada saat itu? Ingat, setiap negara mempunyai budaya yang berbeda pula.
Contohnya, jangan pernah menawari tempat duduk pada orang tua saat berada di kendaraan umum seperti bus atau kereta api saat di Jepang. Mereka bisa tersinggung karena Anda telah meremehkan dan merendahkan derajatnya.
Kasus itu juga terjadi pada orang yang berkursi roda atau berjalan dengan tongkat. Mereka tetap berusaha mandiri dan bila dibantu akan marah dengan alasan seperti di atas.
Bila berada di sebuah taman kota di Jepang dan melihat ada rombongan ibu-ibu dengan anak mereka yang bermain seperti berlari, bersepeda dan lainnya, apabila ada anak mereka yang jatuh ke tanah, jangan sekali-kali menolongnya.
Orang tua mereka bisa tersinggung karena kita yang orang asing bagi mereka, telah dianggap ikut campur tangan dalam mendidik anak mereka. Bahkan, ibunya sendiri pun juga tidak akan membantunya untuk berdiri, kecuali pada kasus kecelakaan parah.
Hal yang akan mereka lakukan adalah, dan ini bisa mengejutkan pada orang tua dari negara lain, justru mereka akan meminta anaknya untuk segera bangkit sendiri dan bermain lagi meskipun masih terlihat menangis. Semua itu jelas ada tujuannya agar anak mereka menjadi tangguh dan tidak manja.
Namun di belahan negara manapun, random "Act of Kindness" ini bila tepat sasaran, akan menjadi gerakan perbuatan baik (good deed) dari umat manusia kepada umat manusia lainnya di muka bumi ini.
Kebaikan kecil di transportasi umum dan kebajikan yang ikhlas tanpa pamrih, pastilah akan abadi dan saling berbalas untuk orang lain yang melalui orang lain, dan kepada orang lain pula. Hal itu bisa dimulai dari diri kita sendiri mulai saat ini.
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI