Baca juga : Mewaspadai Aplikasi Malware APK dalam Ucapan Selamat Lebaran dan Pencegahannya
Kedua adalah faktor karakter tertutup yang dimiliki seseorang atau istilahnya sering disebut dengan introvert.
Sebetulnya, mereka yang berkarakter introvert ini tidak mempunyai kesulitan untuk mengekspresikan isi hati dan pikiran, namun mereka tidak mau atau enggan dengan berbagai alasan seperti orang lain tidak boleh tahu isi hati dan pikirannya. Lebih-lebih, mereka tidak mau dan takut menyinggung perasaan orang lain bila bicara dan merasa nyaman bila berkomunikasi diam dengan dirinya sendiri dalam hati maupun pikirannya.
Justru orang lain, keluarga atau sahabatnyalah yang selalu menyebut karakter introvert ini sebagai satu kekurangan dan mempermasalahkannya karena rata-rata mereka selalu tertutup serta selalu memendam sendiri dalam mengelola emosinya.
Padahal, selama kaum introvert ini nyaman dan bahagia meski dalam kesendirian, kita tidak berhak untuk memaksanya untuk mengungkapkan isi hati dan pikirannya kepada orang lain. Terkadang, memaksa mereka untuk mengungkapkan isi hati atau pikiran secara frontal justru bisa menimbulkan masalah baru dalam perkembangan kemampuan berkomunikasi aktif dan pasif berikutnya.
Ketiga adalah mereka penderita disleksia atau lambat pada kemampuan verbal dan itu bersifat fisiologis. Namun, meski lemah dalam kemampuan verbalnya, terkadang mereka juga mampu untuk mengekspresikan isi hatinya melalui tulisan dan bahkan bisa menerbitkan sebuah karya sastra luar biasa.
Jika Anda pernah mendengar nama seorang tokoh wanita, Helen Keller, orang Amerika yang menderita tiga disabilitas sekaligus, yaitu tuli, bisu dan buta, justru mampu menerbitkan banyak buku dan satu-satunya penderita disabilitas yang pertama kali bertemu dengan Presiden Amerika Serikat pada waktu itu.
Semua bukunya yang berkisah tentang penderitaan, harapan, keluhan dan semua isi hati ataupun pikirannya telah dituangkan ke dalam lembar demi lembar bukunya. Dari royalti bukunya, semuanya disumbangkan untuk membantu anak-anak penyandang disabilitas di seluruh dunia melalui Helen Keller Foundation termasuk juga di Indonesia.
Baca juga : SPMB 2025, Bisakah Memilih Sekolah Setelah Tahu Bocoran Aturannya?
Perbedaan berkomunikasi selanjutnya adalah pada tingkat kesulitan dalam mengungkapkan isi pikiran seseorang yang dipengaruhi oleh tingkat inteligensia yang dimilikinya. Inteligensia pada klausa ini adalah tingkat dan jenis kecerdasan yang melekat pada diri seseorang.
Pertama, Faktor Jenis Kecerdasan, sesuai dengan Taksonomi Bloom, kecerdasan manusia dibagi menjadi sembilan (9) jenis seperti kecerdasan mulai dari linguis, logis, matematis, naturalis, musikal, kinestetis, interpersonal, intrapersonal dan spasial.