Menelan kepahitan hidup adalah hal biasa
Meski sebenarnya satu pilihan terpaksa dan terpaksa
Jikalau jalan hidup selayaknya bisa ditempuh, rasanya buat apa menjalani kehidupan yang berseberangan dengan mata batin yang azasi...
Cibiran dari siapapun tak pernah luput atas segala sepak terjang yang dijalani, stempel hitam telah lekat pada diri dan begitu sulit dilepas, walau sejuta dalil diungkapkan tentang mengapa menjalani hidup seperti ini
Sebab setiap yang diungkap, sudah terlanjur didakwa sebagai pelaku hidup kelam lebam nista serba tercela
Adilkah?
Mungkin itulah tanya yang belum terjawab, di kala curahan hati sendiri mengalir di sepanjang hilir kehidupannya
Bukankah mereka yang butuh pemuas dan dilayani, adalah yang selalu tersanjung sebagai para mulia dan terhormat?
Dan, aku tersudut dalam ruang hina dina
Kembali kulontarkan tanya
Siapa yang lebih mulia?