Cerita-cerita horor selalu saja ada hingga bisa menjadi cerita yang cukup membuat bulu kuduk meremang dan takut keluar takut melihat penampakan seperti yang sering diceritakan orang-orang. Kadang-kadang bayangan daun pisangpun ketika terkena cahaya seperti makhluk astral yang mencoba menguji mental manusia. Penampakan jadi seperti hantu pocong atau kuntilanak berbaju putih dengan muka menyeramkan. Padahal kalau diamati lebih dalam hanyalah daun bambu yang bergerak-gerak tertiup angin semilir malam hari.
Sebetulnya pamali-pamali yang didongengkan oleh nenek dan moyang-moyang kita merupakan pembelajaran tentang nilai-nilai peradaban, sopan santun dan cara nenek moyang untuk melindungi alam semesta. Jika manusia mengambil sumber kekayaan alam membabi buta dan bisa menyebabnya munculnya hutan yang gundul, longsor karena akar pohon yang menjadi pengingat lama-lama busuk dan ambruk.
Dunia semakin runtuh oleh khayalan manusia yang sering kebablasan. Kebablasan karena sengaja menutup diri hingga akhirnya malah mengingat budaya-budaya yang jauh dari kata sopan, lebih sering nyinyir dari introspeksi diri, lebih senang bahagia karena orang lain susah daripada senang melihat orang senang. Banyak manusia yang sebetulnya tidak mengakui kelebihan orang lain.
Maka ketika mendengar cerita dari kakek, buyut yang masih hidup dan sangat kenyang merasakan ujian kehidupan betapa bijaksana mereka yang dengan sengaja berjuang tanpa banyak keluhan. Toh manusia akan selalu diberi ujian, sewaktu-waktu bisa dikasih hadiah.
"Mas Darmin, kita besok ke mana?"
"Ehm, ke mana-mana boleh. Saya sebetulnya lebih suka di sini. Sih."
"Tapi banyak gangguan Mas."
"oh ya ya, kok nggak kepikiran ya."
"Huu, dasar pikun."
"Biarin, tapi masalah itu aku tidak pikun... ya iyalah Mas, Khan naluri. Betulkhan?!"
Aku dan Marsih rupanya mulai menyimpan chemistry.Sebuah kisah sayang yang entah kapan ujungnya.