Terik dan gelap begitulah syair bermunculan tanpa  gradasi waktu bernama senja.
Sepanjang hari penyair tidur saat terik matahari dan bangun lepas malam
Ia merasakan kehidupan tanpa kemilau emas senja
Ia mulai terbiasa melewatkan waktu saat penyair berlomba membangun ide.
Seorang penyair telah melupakan senja
Ia melarung senja dalam angan dan meluapkan rasa saat kelam datang
Dalam setiap kata hanya rasa panas dan hitam
Seperti monokrom hanya mengenal hitam dan putih.
Dalam setiap detak jantungnya susah melarung senja dalam hidup
Sang Penyair seperti kehilangan sebagian makna
Saat senja tidak pernah datang lagi dalam rekam gagasnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!