Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Melupa Senja

22 Juni 2019   14:30 Diperbarui: 22 Juni 2019   14:43 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
melupa senja bisakah? ( pixabay.com )

Apakah setiap penyair mau melupakan senja

 Saat hampir setiap penyair tidak pernah mau melewatkan siluet dan temaram

Serta warna merah oranye ketika matahari mulai meninggalkan cahaya lindap dalam kegelapan.

Apakah penyair mau melupakan senja

Sementara kata- katanya sebagian besar dipungut saat senja

Dan kekasihnya selalu menunggu saat romantis datang ketika kata tercipta dalam senja.

Ah siapa takut jika harus melupakan senja

Seterik siang bila penyair berangan dan bernazar

Tetap saja mampu mencipta, tidak perlu menunggu senja datang.

Baiklah  seorang penyair akhirnya bisa melupakan senja

Ia tidur lelap saat senja tengah merangkak dan bangun saat gelap dan rembulan redup

Terik dan gelap begitulah syair bermunculan tanpa  gradasi waktu bernama senja.

Sepanjang hari penyair tidur saat terik matahari dan bangun lepas malam

Ia merasakan kehidupan tanpa kemilau emas senja

Ia mulai terbiasa melewatkan waktu saat penyair berlomba membangun ide.

Seorang penyair telah melupakan senja

Ia melarung senja dalam angan dan meluapkan rasa saat kelam datang

Dalam setiap kata hanya rasa panas dan hitam

Seperti monokrom hanya mengenal hitam dan putih.

Dalam setiap detak jantungnya susah melarung senja dalam hidup

Sang Penyair seperti kehilangan sebagian makna

Saat senja tidak pernah datang lagi dalam rekam gagasnya.

Terlalu monokrom hidupnya sehingga hanya tahu dua warna

Sebab senja telah lama pudar dan hampir hilang dalam ruang bathinnya

Ada sekelumit hidup saat senja hilang dalam memori Sang Penyair.

Jakarta, Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun