Apakah setiap penyair mau melupakan senja
 Saat hampir setiap penyair tidak pernah mau melewatkan siluet dan temaram
Serta warna merah oranye ketika matahari mulai meninggalkan cahaya lindap dalam kegelapan.
Apakah penyair mau melupakan senja
Sementara kata- katanya sebagian besar dipungut saat senja
Dan kekasihnya selalu menunggu saat romantis datang ketika kata tercipta dalam senja.
Ah siapa takut jika harus melupakan senja
Seterik siang bila penyair berangan dan bernazar
Tetap saja mampu mencipta, tidak perlu menunggu senja datang.
Baiklah  seorang penyair akhirnya bisa melupakan senja
Ia tidur lelap saat senja tengah merangkak dan bangun saat gelap dan rembulan redup
Terik dan gelap begitulah syair bermunculan tanpa  gradasi waktu bernama senja.
Sepanjang hari penyair tidur saat terik matahari dan bangun lepas malam
Ia merasakan kehidupan tanpa kemilau emas senja
Ia mulai terbiasa melewatkan waktu saat penyair berlomba membangun ide.
Seorang penyair telah melupakan senja
Ia melarung senja dalam angan dan meluapkan rasa saat kelam datang
Dalam setiap kata hanya rasa panas dan hitam
Seperti monokrom hanya mengenal hitam dan putih.
Dalam setiap detak jantungnya susah melarung senja dalam hidup
Sang Penyair seperti kehilangan sebagian makna
Saat senja tidak pernah datang lagi dalam rekam gagasnya.
Terlalu monokrom hidupnya sehingga hanya tahu dua warna
Sebab senja telah lama pudar dan hampir hilang dalam ruang bathinnya
Ada sekelumit hidup saat senja hilang dalam memori Sang Penyair.
Jakarta, Juni 2019