Aku kaget melihatmu, ReÂ
Tak biasanya kamu meneriakkan rindu melintasi sembiluÂ
Panggung bukan tempatmu mengalunkan lukaÂ
Pulanglah, ReÂ
Bukankah tuhan menyuruhmu mencintaiNya dalam diam?Â
Dia suka mendengar ceritamuÂ
Tentang anggur yang kau regukÂ
Tentang loronglorong hitam yang menyapaÂ
Juga tentang syair malam yang lembar demi lembar mengiris langitÂ
Jadi, ReÂ
Tak perlulah engkau menyanyiÂ
Alunan jiwamu jauh lebih terdengar merdu bagi Sang MahaÂ
Usah lagi mencari panggungÂ
Karena Dia jauh lebih dekat dari urat lehermu