Aku kira semua yang terjadi hanya ilusiku
aku merasa aman dan tenang dengan tutur katamu
tak jauh perasaanku dari yang sudah berlalu
suaramu masih terdengar jelas ditelinga
kau berjanji dengan tulus tanpa ada kebohongan dimatamu
mampu membuat ku tenang
suara itu datang kembali
dia membuka gerbang besiÂ
matanya menatapku, untuk apa?
kenapa dia masih berdiri didepan gerbang besi
bukankah dia yang memilih pergi tanpa persetujuanku?
aku melihat didenahku apakah ada yang tertinggal?
dia menatap pintu kayuku
mengisyaratkan sesuatu
kubuang tatapan itu kedalam sumur sunyiÂ
aku ingin melanjutkan rajut benangku
tapi suaranya penuh dengan derita
aku tidak peduli, untuk apa juga kau kembali
kau melempar bara kepadakuÂ
lalu suaramu penuh derita
katamu aku penyebabnya luka di pucuk matamu
bahkan angin berlalu pun tau sesaknya
ingatanku ketika tipu dayamu membuat bibirku bergetar
dengan pebuh damba tanganmu ingin membuka gerbang besi itu
sungguh tidak lagi.