Mohon tunggu...
Donyawan Maigoda
Donyawan Maigoda Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | Novelis| SEO Writer| Owner PT Xinxian Boba Indonesia

Hanya manusia biasa yang hobi menulis saat sedang gabut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hukum Menjadi Pertunjukan

13 Agustus 2023   16:40 Diperbarui: 13 Agustus 2023   16:56 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ruang Sidang, Sumber: istockphoto.com

Di tengah gemerlap kota Bharatnagara yang modern, berdirilah sebuah gedung megah yang menjadi pusat kekacauan. Hukum di Bharatnagara bukan lagi sekadar aturan yang mengatur kehidupan, melainkan hiburan utama bagi rakyatnya. Setiap putusan dijadikan tontonan yang menghibur, seperti tayangan drama Korea yang selalu mendebarkan.

Kepala Biro Hukum dan Humas MA, Damar Wicaksana, adalah sosok yang paling mencolok dalam pementasan ini. Dengan wajahnya yang tajam dan penampilan yang layaknya selebriti, ia mampu menjual drama hukum dengan penuh semangat. Setiap kali sebuah putusan dibacakan, Damar Wicaksana tampil di depan para wartawan dengan penuh percaya diri, seperti seorang presenter dalam ajang penghargaan film. Ia tak pernah melewatkan kesempatan untuk menyajikan setiap kata dan frasa dengan intonasi yang tepat, membuat putusan yang sebenarnya rumit menjadi lebih dramatis.

Di suatu hari yang cerah, Damar Wicaksana berdiri di hadapan kerumunan awak media di halaman gedung Mahkamah Agung. Ia mengenakan setelan jas yang begitu rapi, tampaknya lebih cocok dipakai di karpet merah daripada di gedung pengadilan. Dengan senyum yang melekat di wajahnya, ia mulai menguraikan putusan terbaru yang tengah menggemparkan Bharatnagara.

"Hari ini, kami memiliki putusan yang akan mengubah jalan hidup seseorang. Putusan ini akan diumumkan oleh Hakim Agung Bramadita serta empat anggota majelis yang telah mempertimbangkan dengan matang," ujar Damar Wicaksana dengan mata berbinar-binar seakan akan membocorkan rahasia besar.

Rakyat Bharatnagara menanti-nanti seperti menanti penyelesaian dari cliffhanger dalam serial drama favorit mereka. Mereka seolah melupakan bahwa putusan hukum seharusnya bukanlah hiburan, melainkan hasil dari pemeriksaan kasus secara cermat dan adil. Namun, di Bharatnagara, keadilan dan hukum telah bertransformasi menjadi pertunjukan yang semakin absurd dan tak masuk akal.

Di tengah penantian yang tegang, kabar mengejutkan datang. Tara Pradipta, seorang tersangka pembunuhan berencana, ternyata telah mengajukan kasasi untuk mengubah vonis matinya. Kekacauan pun semakin memanas di Bharatnagara. Rakyatnya terbelah menjadi dua kubu, ada yang mendukung hukuman mati bagi Tara Pradipta dan ada yang berharap dia mendapatkan kesempatan kedua.

Di sebuah warung kopi yang sibuk di sudut kota, dua teman lama, Reza dan Amara, duduk bersama sambil menikmati secangkir kopi. Layar televisi di sudut ruangan menampilkan peristiwa terkini dalam drama hukum Bharatnagara.

Reza, seorang karyawan kantoran yang terkenal sebagai penganut keadilan tegas, merapatkan telinganya sambil berkomentar, "Kau tahu, Amara, Tara Pradipta itu terbukti melakukan pembunuhan berencana. Hukuman mati adalah hukuman yang pantas baginya!"

Amara, yang selalu memiliki pandangan lebih kritis terhadap hukum, menjawab dengan tenang, "Reza, ingatlah bahwa hukum bukanlah tontonan. Ini tentang keadilan dan proses yang adil. Kita tidak boleh terjebak dalam drama dan sensasi semata."

"Tapi ini menghibur! Aku seperti menonton serial drama dengan alur yang tak terduga." Reza menggelengkan kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun