Buah Merah dan Doa yang Dikeringkan
Setiap musim panen, keluarga Bardi memetik kopi dengan tangan. Tak ada mesin, tak ada alat rumit. Hanya mata dan kesabaran.
Ia memetik hanya buah yang benar-benar merah. "Kalau warna warni kita ambil cuman yang medan sulit. sebab mustahil kita mengulang lagi. Medannya curam," katanya.
Dalam sehari, ia bisa memetik satu setengah kuintal buah, tapi setelah dikeringkan, tinggal tiga puluh kilogram yang tersisa.
Sisanya lenyap bersama panas matahari, seperti doa yang tak sampai. Ia tak punya jaminan cuaca, tak punya perlindungan harga. Yang ia punya hanyalah kebiasaan dan keyakinan bahwa rezeki tak akan berhenti datang selama ia terus menanam.
Dari Lereng ke Kalasan
Biji-biji kopi kering dari gunung menempuh perjalanan panjang menuju Kalasan. Melewati jalan berdebu, pasar yang riuh, dan kota yang sibuk, hingga akhirnya tiba di tangan Ayuri. Setiap karung diberi nama, asal kebun, dan harga beli. Semua dicatat. Semua diingat. Karena mereka percaya, kopi tanpa ingatan hanyalah air pahit.
"Saya ngopi di sini bukan cuma karena rasanya," kata Fandy Hafish, pelanggan yang sering datang. "Tapi karena saya tahu kopi ini dibeli dengan adil."
Sementara Baihaqi, Bos Putra Rizky Interior yang juga pelanggan kawakan Dongeng Kopi menikmati cangkir yang disaji dengan pandangan lain, "Saya ngopi di Dalangan karena ada kopi Sumbing. Entah kenapa saya cocok sekali dengan kopi dari Pak Bardiman. Gak pernah ganti" ujar lelaki aseli jepara yang kerap dipanggil dengan nama Bebek ini.
Di kedai itu, para penikmat kopi menamai diri mereka Kerepdolan, sekelompok orang yang percaya bahwa ngopi bukan soal gaya, tapi cara menghargai kerja tangan manusia. Himpunan para pelanggan yang merupakan akronim dari Kerukunan Pelanggan Dongeng Kopi lan Kekancan.
Baca: Kerepdolan, kunci Dongeng Kopi bertahan lebih dari satu dekade
Renggo dan Dongeng yang Diseduh
Renggo Darsono, Juru Cerita Dongeng Kopi, punya keyakinan sederhana: setiap cangkir kopi harus punya cerita.
"Kalau kita tahu dari mana kopi kita berasal," katanya, "kita akan meminumnya dengan hati yang lebih tenang. Mangkanya kita punya jargon berbiji baik tumbuh baik!" lanjutnya.