Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seruan Sakyakirti untuk Dongeng Kopi

12 Februari 2024   13:05 Diperbarui: 12 Februari 2024   13:10 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sakyakirti berseru sembari membawa kopi. Sumber gambar: Dongeng Kopi

"Negara ini jangan sampai jatuh ke tangan pendekar berwatak jahat!" ungkap Sakyakirti didampingi Pranagari, Panamkarana, Terenavindu, Pranitiwakya di tengah alun-alun dekat pasar Beringharjo.

Seruan dari golongan brahmana ini sekaligus pengingat bagi rakyat agar berhati hati terhadap perkembangan situasi dimana ajakan turut mengawal prosesi transisi kepemimpinan pengganti Petruk yang tak bisa lagi naik jadi Patih.

Secara resmi, kontestasi posisi Patih diikuti tiga kandidat. Tetapi praktiknya Petruk turut serta ambil bagian untuk memuluskan jalan Togog agar nglungguhi klasa gumelar, tinggal dapat enaknya. Bukan cuma cuma tentunya, mati-matiannya Petruk sebab ia ingin anaknya Bambang Lengkungkusumo yang masih remaja bisa ikutan menikmati legitnya kekuasaan dengan menempatkan sebagai wakil.

Pertarungan adu jurus jadi tidak imbang. Sebab serangan Togog selalu diimbuhi tenaga dalam Petruk. Tidak murni sama sekali.
Kalangan pertarungan jadi tidak menarik. Sebab kekuatan murni Togog jadi tidak nampak.
Sakyakirti berseru agar Petruk kembali pada jalur. Agar moral sebagai pemimpin tidak terciderai. Sebab dorongan tenaga dalamnya dalam setiap pertarungan bukan lagi sembunyi-sembunyi melainkan terang-terangan tanpa rasa malu sama sekali.

Satu-satunya kekuatan perlawanan untuk mengembalikan jalan yang benar adalah dengan saling bergenggaman bergandeng tangan berdoa sekaligus membangun kesadaran dari selubung kepalsuan yang terus diulang ulang sehingga tahu bahwa selama ini ditindas, dikelabui dengan menabrak berbagai aturan.

"Sediakan kopi di rumah rumah kalian, minumlah tiga kali sehari untuk membentengi dari pekasih, guna-guna, gendam, dari mantera yang ditiupkan tiap pagi dari Istana Bel Geduwel Bleh" pungkas Sakyakirti di penutup pidato seruan keprihatinan Negri.

Khasiat kopi sebagai tolak bala dan membangun kesadaran bukan bualan @dongengkopi saja kan? Sakyakirti saja berseru serupa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun