Di berbagai negara maju, dokter hewan diintegrasikan dalam sistem kesehatan nasional. Misalnya: Amerika Serikat, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mempekerjakan banyak dokter hewan untuk menangani zoonosis dan penyakit infeksi.
Kemudian, Kanada dan Australia, dokter hewan menjadi bagian dari tim nasional untuk pengendalian wabah zoonosis dan resistensi antimikroba.Â
Inggris dan Uni Eropa, kedokteran hewan menjadi mitra sejajar dalam sistem One Health.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa secara global, peran dokter hewan tidak lagi hanya "mengobati hewan", tetapi menjadi bagian integral dari kebijakan kesehatan publik dan nasional.
Kelima, CPNS Dokter Hewan Diterima di Kementerian Kesehatan
Argumen administratif yang sering dilupakan adalah fakta bahwa Kementerian Kesehatan Indonesia sendiri membuka formasi CPNS untuk lulusan dokter hewan. Ini artinya, secara struktural, negara mengakui bahwa dokter hewan bisa dan layak bekerja dalam sistem kesehatan nasional.
Formasi ini biasanya dibuka untuk posisi: Pengawas mutu pangan hewani, Analis risiko zoonosis, Peneliti kesehatan masyarakat veteriner dan peran-peran lintas sektor lainnya
Jika negara saja mengakui peran dokter hewan di Kemenkes, mengapa masih ada pihak-pihak yang keberatan mengakui dokter hewan sebagai tenaga kesehatan?
Keenam, Ego Sektoral Merugikan Masyarakat
Kasus terapi sekretom di Magelang adalah ilustrasi menarik. Meskipun kontroversial, kasus tersebut menyiratkan satu hal: masyarakat membutuhkan pertolongan. Ketika akses terhadap layanan medis terbatas, kadang dokter hewan menjadi alternatif, bukan karena menginginkan praktik ilegal, tetapi karena keahlian medis mereka memang memungkinkan membantu dalam kondisi tertentu.