Kedua, Ilmu Kedokteran Hewan adalah Ilmu Medis
Banyak orang awam mengira dokter hewan "hanya" belajar tentang binatang. Padahal, kedokteran hewan adalah ilmu kedokteran dalam pengertian penuh.Â
Dokter hewan mempelajari hampir semua aspek yang juga diajarkan dalam pendidikan kedokteran manusia, seperti: Ilmu penyakit infeksi (zoonosis dan non-zoonosis), Farmakologi dan terapi (dosis, toksikologi, metabolisme obat), Patologi dan histologi, Anatomi dan fisiologi sistemik, Bedah dan anestesi, Ilmu reproduksi dan obstetri veteriner.
Dengan basis ilmiah yang begitu kuat, tidak berlebihan jika dokter hewan disebut sebagai "dokter yang belajar multi-spesies".Â
Bayangkan, jika dokter manusia belajar satu spesies (manusia), maka dokter hewan bisa menangani mulai dari mamalia besar seperti sapi, hingga unggas, reptil, bahkan hewan eksotik. Hal ini menuntut fleksibilitas dan pemahaman medis yang mendalam.
Ketiga, Dokter Hewan Berperan dalam Kesehatan Masyarakat
Konsep One Health, yang semakin populer secara global, menekankan bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.Â
Dalam konteks ini, dokter hewan memainkan peran vital, Mendeteksi dan mencegah penyakit zoonosis (penyakit yang menular dari hewan ke manusia), seperti rabies, leptospirosis, antraks, avian influenza, dan lainnya.
Kemudian dokter hewan juga Memastikan keamanan pangan asal hewan, dari peternakan hingga meja makan (farm to table). Mengawasi penggunaan antibiotik dan resistensi antimikroba (AMR) pada hewan ternak, yang dampaknya sangat besar terhadap kesehatan manusia.
Peran-peran ini adalah pilar dalam sistem kesehatan publik. Maka mengabaikan atau menyingkirkan dokter hewan dari ranah kesehatan adalah bentuk diskoneksi kebijakan yang tidak rasional dan kontraproduktif.
Keempat, Di Negara Maju, Dokter Hewan Bagian dari Integrasi Kesehatan