Saat Dua Penghulu Ibadah Menyatu
Ramadan adalah melting pot (kuali peleburan) peribadahan kepada Allah. Setidaknya dua ibadah---yang masing-masing memiliki kedudukan sebagai mi'raj (tangga)---menyatu di bulan berkah ini, yaitu shaum dan shalat.Â
Tidak ada bulan seistimewa ini. Bulan yang Allah SWT menyuruh sorga untuk berhias bagi yang berpuasa di dalamnya. Bulan yang membuat para malaikat, langit dan bumi menangis saat kepergiannya.Â
Itulah Ramadan yang di dalamnya ada satu malam yang bahkan lebih baik daripada seribu bulan. Tidaklah berlebih untuk menyebut Ramadan sebagai syahrul 'ibadah (bulan ibadah).
Penyatuan puasa dan shalat selama Ramadan menjadi seseorang yang menjalaninya menemukan fitrah (jati diri) kemanusiaan. Ia akan menjadi orang yang siap menebar kasih, berbagi karunia sekaligus tangguh dalam menjalani kehidupan. Ia tidak hanya tangguh atas derita yang akan dijalaninya tetapi juga siap sedia menempuh segala penderitaan demi kemaslahatan yang lainnya. Karena Ramadan adalah 'mencelupi diri' dengan celupan Allah---dengan simbolisasi tidak makan dan tidak minum---maka selepas itu adalah menjadi kewajiban yang telah menjalaninya untuk berbagi celupan tersebut dengan sesamanya. Itulah fitrah kehidupan.
Ia yang Akan Segera Pergi
Kurang dari setengah hari lagi Ramadan akan segera meninggalkan kita. Ia akan berangkat bersama terbenamnya matahari petang nanti. Kepergiannya meninggalkan ruang kosong di hati para pecintanya. Ia yang datang bertamu sebulan lalu tengah berkemas untuk bertolak meninggalkan kita yang berharap bersua kembali dengannya 11 bulan kemudian.
Wida'an ya Ramadan!
Farewell  my dear Ramadan!