Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Agribusiness Enthusiast

Agribusiness Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kultur Jaringan Tanaman, Tidak Sebatas Perkualiahan

15 September 2025   07:06 Diperbarui: 15 September 2025   07:06 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kultur Jaringan Tanaman Kentang (Foto/Dodik Suprayogi)

Di antara semua mata kuliah jurusan pertanian khususnya agronomi, kultur jaringan tanaman bisa dibilang momok bagi mahasiswa, nggak sedikit yang harus mengulang atau terancam mengikuti semester antara.

Awal bulan September ini saya mendapat kesempatan dari kantor untuk mengikuti training kultur jaringan tanaman di UNPAD, Bandung. Seketika ingatan saya kembali pada masa-masa kuliah di Jember 7 tahun lalu.

"Waduh kultur jaringan ngeri-ngeri sedap ini", begitulah kata Riko teman sekantor saya yang bakal menjalani training sama saya. Sebelum berangkat ke Bandung, kita saling cerita tentang romansa masing-masing dengan kultur jaringan.

Bagi mahasiswa pertanian, kultur jaringan tanaman nggak hanya soal perbanyakan tanaman melainkan pertaruhan harga diri. Bagaimana tidak?. Mata kuliah 6 SKS ini, setara dengan skripsi, nggak hanya bicara tentang teori saja tapi juga  keterampilan menggunakan alat laboratorium dan kemahiran dalam meracik larutan-larutan kimia. Kok bisa? Ayo kita kenali.

Kultur Jaringan Tanaman Mata Kuliah Apa Sih?

Kultur jaringan tanaman dijurusan pertanian manapun entah agronomi, bioteknologi, ataupun agroteknologi pasti jadi mata kuliah wajib yang nggak bisa dihindari.

Sederhananya, kultur jaringan tanaman adalah metode perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan mengisolasi bagian tumbuhan seperti daun, batang, akar atau tunas dalam media khusus dan lingkungan aseptik yang terkontrol.

Lazimnya perbanyakan tanaman secara konvensional dilakukan melalui biji atau stek dengan menggunakan media tanah, kompos, atau sekam padi, mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang.

Sedangkan kultur jaringan, media yang digunakan adalah media agar-agar yang sudah ditambahi zat pengatur tumbuh, pembuatannyapun hanya bisa dilaboratorium dalam kondisi yang steril.

Kalau metode konvensional, perbanyakan tanaman hanya menghasilkan sedikit tanaman baru, misal 1 ubi kentang bakal bisa menghasilkan 5 sampai 8 ubi kentang baru, sedangkan metode kultur jaringan dari 1 ubi kentang bisa menghasilkan 50 sampai 100 ubi kentang baru dalam waktu yang relatif cepat.

Karena keefektifannya dalam perbanyakan tanaman, kultur jaringan biayanya nggak murah. Tapi saking bermanfaatnya bagi dunia pertanian, makanya kultur jaringan wajib dipelajari oleh mahasiswa pertanian terutama agronomi.

Ambil Tugas Akhir Kultur Jaringan Dianggap Gila

Saking dihindari, mereka yang mengambil penelitian tugas akhir kultur jaringan dianggap mahasiswa gila yang nggak pengen cepat lulus.

Dari 70-an mahasiswa perkebunan seangkatan saya, yang ambil tugas akhir kultur jaringan terbukti hanya 2 orang, salah satunya saya.

"Gila kamu, bakal lulus lama nanti", sumpah serapah kawan-kawan kelas saya saat itu.

Namanya juga mahasiswa yang punya idealism tinggi, saya nggak menggubris sedikitpun. Saya pengen beda, tugas akhir saya harus berkesan, itu tekad saya.

Ndilalah, Tuhan mendengarkan sumpah teman-teman saya. Setelah 7 bulan berjalan, penelitian tugas akhir saya tentang kultur jaringan teh tingkat keberhasilannya rendah, banyak yang kontaminasi. Alhasil saya harus ganti judul penelitian dan meninggalkan kultur jaringan.

Untungnya, meski saya harus ganti judul di masa-masa tenggang, saya masih bisa lulus lebih cepat dan wisuda lebih dulu dibanding teman-teman saya yang pernah meledek saya.

Kultur jaringan sebenarnya menantang, tapi bakal menyebalkan kalau kita gagal menuntaskannya.

Keterampilan Kultur Jaringan Banyak Dicari Perusahaan Pertanian Multinasional

Dunia makin modern, tak terkeculi bidang pertanian. Lulusan jurusan pertanian yang mahir di teknik kultur jaringan tanaman banyak dicari di perusahaan-perusahaan pertanian multinasional.

Tingkat kesulitan kultur jaringan yang dibilang tinggi, nggak sedikit yang mau masuk dan mendalami keterampilan ini. Padahal kalau mau menekuni, bisa dipastikan hidupnya bakal sejahtera.

Saya pun pernah mendapat tawaran menjadi staf kultur jaringan tanaman, tapi hal itu saya tolak karena lokasi penempatannya di luar Jawa dan daerah terpencil. Kalau masih di Jawa mungkin saya bakal pertimbangkan.

"penelitian kuljar saya gagal saja tawarannya semenggiurkan itu, coba kalau dulu berhasil", celetuk saya kepada Riko.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun