Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bekas Tambang Sawahlunto Jadi Situs Warisan Dunia UNESCO, Terima Kasih Mbah Soero!

8 Juli 2019   10:55 Diperbarui: 19 Mei 2023   18:52 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah benar-benar mendandani kota tersebut dengan baik dan menjaga situs-situs bersejarah yang terkait dengan penambangan batubara agar tidak dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Gedung Pusat Kebudayaan (Dokpri)
Gedung Pusat Kebudayaan (Dokpri)
Sejarah panjang penambangan batubara di Sawahlunto sendiri dimulai sejak ditemukannya cadangan batubara terbesar di Sumatera tersebut tahun 1867 melalui penelitian yang dilakukan oleh De Greeve dan dimulainya pertambangan tahun 1892. Untuk mempermudah transportasi batubara, dibangunlah jaringan rel kereta api dari Sawahlunto ke Kota Padang melalui Padang Panjang serta menyisir Danau Singkarak yang indah itu.

Kantor Pusat PT. Bukit Asam (Dokpri)
Kantor Pusat PT. Bukit Asam (Dokpri)
Saat ini masih tersisa beberapa peninggalan utama situs penambangan terbesar di Sumatera Barat tersebut, mulai dari Stasiun Kereta Api Sawahlunto, Lubang Tambang Mbah Soero, dan Goedang Ransoem sebagai saksi sejarah dimulainya industri besar di tengah hutan rimba Sumatera, disamping gedung kantor pusat PT Bukit Asam dan Gedung Pusat Kebudayaan yang masih digunakan hingga saat ini.

Suasana Pusat Kota Tua Sawahlunto (Dokpri)
Suasana Pusat Kota Tua Sawahlunto (Dokpri)
Di luar industri tambang batubara, kota ini termasuk unik karena terletak di lembah sempit pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari Aceh hingga Lampung. 

Di tengah sempitnya lembah yang mengapit sungai Ombilin dan Sungai Lunto didirikan sebuah kota yang menjadi pusat penambangan batu bara terbesar pada masanya tersebut. Kondisi kotanya mengingatkan saya pada kota-kota di negeri jiran yang masih mereservasi bangunan tuanya sehingga keasliannya tetap terjaga.

Museum Stasiun Kereta Api Sawahlunto (Dokpri)
Museum Stasiun Kereta Api Sawahlunto (Dokpri)
Ketika saya berkunjung bulan November tahun lalu, kondisinya sudah tidak terlalu ramai lagi karena kegiatan penambangan sudah nyaris berhenti disebabkan oleh menipisnya cadangan batubara. Namun kotanya tetap tertata rapi, bangunan-bangunan peninggalan masa kejayaan batubara masih berdiri tegak dan terawat dengan baik.

Replika Loko Mak Itam yang Legendaris (Dokpri)
Replika Loko Mak Itam yang Legendaris (Dokpri)
Saya sendiri sempat mampir ke museum kereta api untuk melihat jejak perjalanan batubara dari tambang hingga dikapalkan ke luar pulau. Di sana tersimpan replika lokomotif Mak Itam yang menjadi legenda terhubungnya daerah pedalaman tanah Minangkabau dengan pantai. 

Dulu lokomotif ini menghela batubara sampai ke pelabuhan, sebelum akhirnya jalur kereta tersebut ditutup total dari Sawahlunto hingga Padangpanjang tahun 2009 karena gempa bumi dan longsornya tanah di lembah Anai, menyisakan jalur Padangpanjang - Padang yang masih beroperasi hingga kini.

Di dalam museum juga terdapat benda-benda peninggalan terkait jalur kereta api yang masih tersisa, dan video mini yang menceritakan sejarah perkembangan kereta api dan batubara di Sawahlunto. 

Pemandu yang juga merupakan pegawai pemda setempat dengan sigap menjelaskan berbagai jenis barang peninggalan yang ada di museum termasuk cerita sejarah singkat pertambangan batubara di Sawahlunto.

Galeri Museum Loebang Tambang Mbah Soero (Dokpri)
Galeri Museum Loebang Tambang Mbah Soero (Dokpri)
Selepas itu, kunjungan dilanjutkan ke Museum Loebang Tambang Mbah Soero yang sangat melegenda di kalangan para petambang saat itu. Mbah Soero merupakan simbol para tahanan yang dipaksa bekerja di areal tambang bawah tanah tertutup dengan kaki dan tangan dirantai agar tidak lari dari tambang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun