Aku menjadi semangat belajar, meraih mimpi hingga sekolah selesai sampai ke jenjang lebih tinggi. Meskipun pada awalnya banyak orang yang mencemooh, bahkan meragukan kemampuanku, karena memang berasal dari keluarga tidak mampu.
"Ehh, kamu. Gadis kampung. Jangan mimpi kamu bisa sekolah tinggi. Apa kamu tidak kasihan melihat orang tuamu. Mereka itu tidak mampu, kamu malah maksain sekolah sam pai tinggi. Habis itu kamu juga akan jadi pengangguran. Ahh, buang-buang uang saja." Salah satu tetangga menasihatiku dengan cibiran.
Namun justru diluar dugaan. Keluargaku selalu mengingatkan, jika mereka selalu mendukung semua niatku, jika aku ingin berhasil. Aku masih teringat komentar ibu, waktu aku mengadukan cibiran tetangga. "Mereka itu hanya bisa bicara. Tak perlu diambil hati. Semua keperluanmu kami yang berikan bukan mereka yang banyak ngomong. Sudah seharusnya kamu mendengar nasihat dan dukungan keluargamu."
Aku semakin terharu saat mendengar perkataan mereka. Yaa ... hari ini aku merasakan dan menikmati indahnya pencapaian itu. Aku berdiri tegak, di kaki sendiri. Alhamdulillah.
**
Pagi ini, aku berangkat kerja, mengendarai mobil sendiri. Hatiku terasa sayu, sedih dan pilu. Berita semalam membuatku sebak, saat sendirian. Lalu hati membisikkan puisi tentangmu, sepanjang perjalananku. Wahai Bapak inspirasiku, Bapak BJ Habibie.
Bapak Habibie,
Bumi menangis
Indonesia menangis
Seluruh pengagummu menangis
Dan akulah salah satunya