Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Aku suka menulis apa saja yang singgah di kepala: fiksi, humaniora, sampai lyfe writing. Kadang renyah, kadang reflektif, dan selalu kuselipkan warna. Seperti hidup: tak satu rasa, tetapi selalu ada makna.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bell's Palsy: Dari Kebas Mulut hingga Belajar Menerima Diri

11 Oktober 2025   08:20 Diperbarui: 11 Oktober 2025   09:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bell's Palsy bisa terjadi tiba-tiba, membuat ekspresi wajah berubah seketika. (Foto: Andrea Kamphuis/Wikimedia Commons)

Hari-hari setelahnya berjalan pelan, penuh terapi dan doa. Wajahku membaik, senyum kembali muncul, dan cermin tidak lagi terasa menakutkan.

Meski begitu, ada jejak yang tersisa: guratan halus di dekat hidung, dan garis samar di sudut mulut yang tampak tertarik ke bawah. Guratan ini akan lebih jelas terlihat ketika kondisiku sedang tidak fit.

Perubahan juga terjadi di mataku. Saat Bell's Palsy datang, kelopak mata kanan sulit menutup rapat. Mata kiriku pun bekerja lebih keras untuk menunjang kerja mata kanan.

Hasil pemeriksaan akhir menunjukkan bahwa mata kiriku kini mengalami silinder empat. Luka di satu sisi ternyata meninggalkan luka lain di tempat yang berbeda.

Hikmah dari Perjalanan Bell's Palsy

Dari perjalanan singkat, tetapi dalam ini, aku belajar.

  • Sinyal kecil tubuh layak didengar: Kebas yang awalnya kuabaikan, ternyata adalah awal dari sesuatu yang lebih besar.
  • Meminta bantuan bukan kelemahan: Bertahan di IGD, meski sempat ditolak, justru menyelamatkanku.
  • Menerima diri adalah bagian dari penyembuhan: Wajah yang tidak lagi sepenuhnya simetris tetap bisa memancarkan senyum.

Pada akhirnya, pelajaran itu membawaku menatap sesuatu yang lebih dalam. Perjalanan hidup akan memberikan penanda—jeda.

Belajar dari Jeda Kehidupan

Kadang kehidupan memberi jeda lewat cara yang tak pernah kita bayangkan. Bagiku, jeda itu muncul lewat perubahan mendadak pada wajah dan mata—bermula dari rasa kebas yang sepele.

Kini, setiap kali bercermin, aku tidak hanya melihat wajah dengan guratan samar. Aku melihat seseorang yang pernah goyah, tetapi memilih bertahan.

Aku melihat diri yang belajar merawat, menerima, dan tetap tersenyum—meski dengan wajah yang berbeda dari sebelumnya.

Bagi orang lain, mungkin guratan itu tak terlihat. Namun, bagiku, ia adalah penanda: tubuh pernah rapuh, wajah bisa berubah seketika, dan setiap luka meninggalkan jejaknya.

Bell's Palsy mungkin terdengar hanya sebagai istilah medis. Bagiku, ia adalah cerita tentang keberanian, jeda, dan pengingat bahwa tubuh pun punya cara sendiri untuk berkata: "Berhentilah sebentar, dengarkan aku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun