Sebenarnya aku memahami kenapa dokter tidak bisa melanjutkan pemeriksaan. Fungsi IGD memang ditujukan untuk kondisi gawat darurat. Namun, saat hendak pulang, langkahku terasa berat.
Bagaimana jika aku sendirian di rumah, sementara tidak tahu apa yang akan terjadi nanti?
Di titik bimbang itu, aku memberanikan diri. Aku minta dokter IGD menghubungi seorang dokter senior yang pernah menangani aku ketika terapi lutut.
Beruntung sekali, dokter senior itu menyarankan rawat inap agar penanganan bisa segera dimulai. Keputusan yang mungkin sederhana, tetapi bagiku sangat berarti: aku tidak harus menghadapi kondisi ini sendirian.
Rasanya lega, sekaligus ironis. Biasanya orang menolak rawat inap, aku justru bahagia menerimanya.
Meski begitu, aku tetap belum memberi tahu keluargaku. Karena tubuh terasa fit, aku pikir tidak masalah sendirian di rumah sakit. Toh, hanya diinfus dan aku masih bisa berjalan sendiri. Namun, peraturan berkata lain: setiap pasien wajib ditemani keluarga.
Mau tidak mau, aku menghubungi bungsuku yang baru saja tiba di kos. Aku minta ia kembali untuk menemaniku. Sementara menunggu anakku datang, seorang teman baik datang lebih dulu agar aku bisa segera masuk ruang rawat inap.
Apa itu Bell's Palsy?
Bell's Palsy adalah kelumpuhan mendadak pada saraf wajah (nervus fasialis). Kondisi ini bisa membuat satu sisi wajah tampak terkulai atau sulit digerakkan. Gejalanya beragam: kebas, kesemutan, sulit untuk tersenyum, mengerutkan dahi, atau mengedipkan mata di sisi yang terkena.
Penyebab pastinya belum selalu jelas, tetapi banyak kasus diduga dipicu infeksi virus—misalnya virus herpes simpleks. Faktor lingkungan juga bisa berperan, seperti paparan angin malam, suhu dingin, atau kondisi tubuh yang sedang tidak fit. Dokterku menduga, aku terkena virus saat menonton pertunjukan teater terbuka di malam hari.
Kabar baiknya, sebagian besar kasus Bell's Palsy bisa pulih dengan penanganan yang tepat. Obat-obatan, fisioterapi wajah, serta perlindungan mata biasanya menjadi bagian dari terapi.
Perlindungan mata diperlukan karena kelopak sering sulit menutup rapat, sehingga perlu tetes mata atau penutup saat tidur agar tidak kering dan iritasi. Semakin cepat penanganan dimulai, semakin besar peluang wajah kembali normal.