Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Aku suka menulis apa saja yang singgah di kepala: fiksi, humaniora, sampai lyfe writing. Kadang renyah, kadang reflektif, dan selalu kuselipkan warna. Seperti hidup: tak satu rasa, tetapi selalu ada makna.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bell's Palsy: Dari Kebas Mulut hingga Belajar Menerima Diri

11 Oktober 2025   08:20 Diperbarui: 11 Oktober 2025   09:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bell's Palsy bisa terjadi tiba-tiba, membuat ekspresi wajah berubah seketika. (Foto: Andrea Kamphuis/Wikimedia Commons)

Sebenarnya aku memahami kenapa dokter tidak bisa melanjutkan pemeriksaan. Fungsi IGD memang ditujukan untuk kondisi gawat darurat. Namun, saat hendak pulang, langkahku terasa berat.

Bagaimana jika aku sendirian di rumah, sementara tidak tahu apa yang akan terjadi nanti?

Di titik bimbang itu, aku memberanikan diri. Aku minta dokter IGD menghubungi seorang dokter senior yang pernah menangani aku ketika terapi lutut.

Beruntung sekali, dokter senior itu menyarankan rawat inap agar penanganan bisa segera dimulai. Keputusan yang mungkin sederhana, tetapi bagiku sangat berarti: aku tidak harus menghadapi kondisi ini sendirian.

Rasanya lega, sekaligus ironis. Biasanya orang menolak rawat inap, aku justru bahagia menerimanya.

Meski begitu, aku tetap belum memberi tahu keluargaku. Karena tubuh terasa fit, aku pikir tidak masalah sendirian di rumah sakit. Toh, hanya diinfus dan aku masih bisa berjalan sendiri. Namun, peraturan berkata lain: setiap pasien wajib ditemani keluarga.

Mau tidak mau, aku menghubungi bungsuku yang baru saja tiba di kos. Aku minta ia kembali untuk menemaniku. Sementara menunggu anakku datang, seorang teman baik datang lebih dulu agar aku bisa segera masuk ruang rawat inap.

Apa itu Bell's Palsy?

Bell's Palsy adalah kelumpuhan mendadak pada saraf wajah (nervus fasialis). Kondisi ini bisa membuat satu sisi wajah tampak terkulai atau sulit digerakkan. Gejalanya beragam: kebas, kesemutan, sulit untuk tersenyum, mengerutkan dahi, atau mengedipkan mata di sisi yang terkena.

Penyebab pastinya belum selalu jelas, tetapi banyak kasus diduga dipicu infeksi virus—misalnya virus herpes simpleks. Faktor lingkungan juga bisa berperan, seperti paparan angin malam, suhu dingin, atau kondisi tubuh yang sedang tidak fit. Dokterku menduga, aku terkena virus saat menonton pertunjukan teater terbuka di malam hari.

Kabar baiknya, sebagian besar kasus Bell's Palsy bisa pulih dengan penanganan yang tepat. Obat-obatan, fisioterapi wajah, serta perlindungan mata biasanya menjadi bagian dari terapi.

Perlindungan mata diperlukan karena kelopak sering sulit menutup rapat, sehingga perlu tetes mata atau penutup saat tidur agar tidak kering dan iritasi. Semakin cepat penanganan dimulai, semakin besar peluang wajah kembali normal.

Jejak Bell's Palsy yang Tersisa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun