Mohon tunggu...
Nadira Aliya
Nadira Aliya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk tetap menghidupkan pikiran

Halo! Saya Diraliya, seorang penulis lepas yang cerewet ketika menulis namun kalem ketika berbicara. Selamat membaca tulisan-tulisan saya, semoga ada yang bisa diambil darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Milenial Bisa Apa Buat Jaga Stabilitas Sistem Keuangan?

3 Agustus 2019   15:56 Diperbarui: 3 Agustus 2019   16:00 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stabilitas Sistem Keuangan dan Peran BI dalam Mewujudkannya/source: BI.go.id

Hal sesederhana menabung di bank (bukan di celengan, apalagi disimpan di bawah bantal), dapat membantu menjaga stabilitas sistem keuangan. Sebagai generasi millenial, rata-rata setiap teman saya sudah mempunyai rekening sendiri. Semakin banyak orang yang menabung di bank, artinya semakin tinggi pula kepercayaan publik terhadap sistem keuangan di Indonesia.

Sedih rasanya melihat fakta bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan menabung di bank. Alasannya beragam, salah satunya karena tidak ingin terpotong biaya administrasi bulanan yang masih menjadi pikiran masyarakat menegah ke bawah. Padahal, ada banyak juga program menabung di bank yang sudah memudahkan nasabah, seperti misalnya program TabunganKu yang tidak membebankan biaya administrasi.

Untuk urusan menabung ini, saya punya beberapa tips pribadi untuk memaksimalkan penyimpanan :

  • Pilihlah Bank Buku IV atau Buku III, yang memiliki modal inti besar. Dengan modal inti yang besar, keamanan akan lebih terjamin dan risiko lebih rendah. Bank Buku IV atau buku III ini akan lebih kuat bertahan saat terjadi ketidakstabilan di sistem keuangan atau saat terjadi krisis.
  • Marry With Your Bank. Menyebar portfolio investasi itu perlu, tapi kalau urusan menabung di bank, tidak perlu rasanya membuat banyak rekening di berbagai bank berbeda sampai dompet tidak muat diisi kartu. Cobalah menabung di satu bank saja secara rutin, sampai akhirnya nanti berkesempatan menjadi nasabah prioritas. Banyak sekali keuntungan yang bisa didapat setelahnya.
  • Going Fintech For Easier Life. Era teknologi, tapi menabung masih bolak-balik bank? Haduh. Kalau saya pribadi lebih menginginkan cara menabung yang semua hal bisa diakses melalui smartphone, seperti daftar transaksi dan pembelian berbagai macam barang dan jasa. M-banking dan internet banking menjadi suatu kemutlakan untuk mempermudah transaksi dari tabungan.

2. Berinvestasi (Terutama untuk Negeri)

Menabung saja tidak cukup. Berinvestasi bisa jadi ladang dalam level lebih tinggi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Investasi juga bermacam-macam bentuknya. Saya yang lahir di tahun 90-an ini juga masih belajar dan meraba investasi yang setidaknya dapat meringankan beban keuangan pribadi di masa depan.

Beli emas itu investasi. Beli saham itu investasi. Sama halnya dengan menjadi investor untuk UMKM, juga sebuah investasi. Saya yang belakangan mengikuti salah satu akun media sosial yang rajin membahas masalah keuangan, kini belajar berinvestasi dengan membeli Surat Utan Negara (SUN).

Surat Utang Negara ini ada 4 macam bentuknya, yakni ORI (Obligasi Ritel Indonesia), Sukuk Ritel (Obligasi Syariah), SBR (Savings Bond Ritel) dan ST (Sukuk Tabungan). Menurut saya sendiri, investasi melalui obligasi yang dijamin pemerintah ini cocok sekali untuk saya generasi millenial, sebab:

  • Imbalan kupon mengambang 6.8% yang dibayarkan setiap bulan.
  • Saya masih ingin punya sedikit idealisme, dengan menjadi warga negara yang bisa bantu pemerintah untuk bangun infrastruktur, meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan.
  • Risiko kecil, karena dijamin oleh pemerintah, saya tidak perlu khawatir akan potensi kerugian.
  • Belajar investasi dengan modal minimal hanya Rp. 1.000.000. Terjangkau sekali untuk saya yang masih baru mulai mengumpulkan pundi-pundi.

3. Bijak Memanfaatkan Produk Keuangan 

Coba cek kesehatan portfolio keuangan pribadi milik sendiri. Ada berapa tanggungan kita sebagai generasi yang mungkin kini harus menopang kehidupan orang tua sekaligus anak tercinta? Ada berapa cicilan yang harus dibayar setiap bulannya? Berapapun itu, pastikan jumlahnya proporsional dengan penghasilan bulanan. Sederhananya, uang yang keluar wajib tidak melebihi uang yang masuk.

Menjadi tidak bijak ketika seseorang menginginkan suatu benda (entah itu smartphone terbaru, kendaraan, atau bahkan rumah), namun tidak sadar bahwa portfolio keuangan dirinya sendiri tidak sehat. Tanamkan dalam diri, bahwa pengeluaran untuk membayar cicilan sebaiknya tak boleh lebih dari 35% jumlah gaji jika tak ingin dikejar-kejar debt collector kemudian hari.

Dalam jumlah besar, saat terjadi gagal bayar kredit, stabilitas sistem keuangan sangat mungkin ikut terganggu. Kita bisa belajar dari bagaimana AS terkena krisis subprime mortgage pada tahun 2008.

4. Apresiasi Produk-produk dalam Negeri 

Dulu saya tak begitu paham mengapa menggunakan produk dalam negeri bisa berhubungan dengan stabilitas sistem keuangan. Sampai saya melihat fakta bahwa sebetulnya masih banyak barang-barang yang dikonsumsi setiap hari, yang sebetulnya merupakan barang impor. Di sisi lain, Indonesia sebetulnya juga memproduksi barang substitusi untuk barang impor tersebut, namun kita lebih suka membeli yang impor, salah satunya karena alasan harga yang lebih murah.

Mau contoh? Jeruk Taiwan dan Jeruk Medan. Saya suka beli jeruk, kalau beli jeruk impor, satu kg nya saya perlu mengeluarkan sekitar 15-20 ribu rupiah. Jeruk lokal? Paling tidak saya harus mengeluarkan 27-35 ribu rupiah untuk 1 kg. Mahal, sebab efektivitas pertanian dan perkebunan masih belum canggih di negeri ini, ditambah lagi biaya distribusi dari tempat panen ke konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun