Mohon tunggu...
Dino
Dino Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bayang Kelam di Relung Jiwa

14 Mei 2024   08:17 Diperbarui: 14 Mei 2024   08:43 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cry, sumber gambar: pexels

Dalam sunyi malam aku terjaga,
Merenungi tiap luka yang meraja,
Menghitung satu demi satu kerikil tajam yang menggores telapak kaki.
Bayang kelam menyelimuti jiwa,
Berbisik suara kekelaman di kegelapan hati,
Menghantui tiap helaan nafas yang tersisa.

Kepedihan merayap dalam sunyi,
Menghantam hati yang dulu berseri.
Tangis dalam diam tak terdengar,
Hanya luka yang terus mengoyak sabar.

Harapan kini bagai angin berlalu,
Menghapus jejak senyum yang semu.
Rindu pada tawa yang menghilang,
Hanyut dalam kesepian yang membentang.

Aku menatap bintang yang meredup,
Mencari terang di balik kelam yang mengguyup.
Namun, kabut duka tak kunjung sirna,
Menyesakkan dada, meremas raga.

Di tepian mimpi aku berbisik,
Pada bulan yang setia mendengar.
Biarlah kepedihan ini mengalir,
Menjadi saksi bahwa cinta pernah hadir.

Dalam tiap tetes air mata yang jatuh,
Terselip harap meski kelam menyusul.
Bahwa suatu hari, di ujung kesakitan ini,
Akan ada fajar yang membawa damai kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun