Ku daratkan lututku yang sudah berlumuran darah,
Tak peduli tempatku sekarang dipenuhi air yang menciptakan rasa perih tak tertahankan,
Aku meringis,
Menahan perih,
dan aku berkata lirih.
Ku memejamkan mata,
air yang amat berharga bagaikan mutiara perlahan turun,
Turun dengan indah,
Bagaikan turun dari tangga yang dihiasi dengan lilitan bunga mawar merah.
Aku tak tentu arah,
dan ku ingin marah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!