Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alingku Si Budak Cinta

19 Mei 2019   04:36 Diperbarui: 19 Mei 2019   05:01 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aling mencoba bersandar ke diding kelas supaya bisa menghentikan pukulan dari kami. Semua orang menatap dan tertawa melihat kebanyolan kami bertiga.

"Sakit, sakit, woi aku minta maaf, padahal bercanda lo" sesal Aling yang kesakitan.

Melihat Aling kesakitan aku dan Cici pun menghentikan pukulan tersebut. 

"Makanya jadi orang tuh, jangan suka ngerjain orang lain, ingat Singa kalau lagi lapar jangan diganggu, ancamanku kepada Aling.

Aling ialah sahabatku dari kelas dua SMP. Sekarang persahabatan kami sudah berjalan 5 tahun. 

Dia sahabat cowok aku satu-satunya. memiliki kulit putih, gigi rapi, rambut ikal bewarna hitam, tiap kesekolah menggunakan sepatu  hitam campur putih. 

Padahal aturan sekolah mewajibkan semua siswa menggunakan sepatu bewarna hitam. Wajar saja setiap upacara, dia selalu berbaris di kumpulan siswa yang bandel dengan aturan.  
"untung orang sepertimu ini cuma satu di dunia, kalau banyak udah aku habisin dari kemaren" sahutku yang masih mengerutu
Cici yang suka sibuk sendiri, tiba-tiba dengan kacamata asronotnya melihat tajam kepadaku " Gimana kalau kita pesan lotek hari ini, sepertinya menggugah guys" manja Cici.


Pandangan Aling pun terpana melihat Cici, "ihs, sumpah kacamata kamu kere Ci, kayaknya ngak cocok sama kamu Ci, " mencoba merayu Cici.

 Aku hanya pasrah punya sahabat yang aneh tersebut. Sesampainya di Kantin, Aku pun memesan lotek pedas untuk mereka. Sembari menunggu duduk di kursi. Aku menatap Aling dan Cici, yang masih sibuk merebutkan kacamata asronot tersebut. 

Beberapa menit menunggu, Singa lapar pun marah, kupukul meja dan mengejutkan dua kecebong dihadapanku. "bisa diam ngak kalian berdua" kesalku sambil menarik lengan baju keatas.


Kusadari semua bola mata tertuju padaku. Para junior  yang ingin duduk di sekitaranku langsung menghindar ketakutan. Tapi dua kecebong tetap santai dan memaklumiku kalau lagi lapar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun