Wacana mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza kembali menyeruak ke permukaan, menawarkan secercah harapan di tengah kekejaman yang tak usai. Namun, satu klausul penting yang seringkali menjadi batu sandungan adalah keberlanjutan gencatan senjata namun Pasukan Israel tetap berada di daerah kantong tersebut. Pertanyaan besar yang menggantung adalah: Mungkinkah kedamaian sejati dan berkelanjutan tercipta jika gencatan senjata tidak diikuti dengan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza?
Gencatan Senjata: Jeda Atau Perangkap?
Secara historis, gencatan senjata bertujuan untuk menghentikan pertempuran dan memberikan ruang bagi negosiasi politik atau bantuan kemanusiaan. Namun, di Gaza, konsep ini seringkali ambigu. Kehadiran pasukan militer asing di wilayah yang telah hancur lebur menimbulkan keraguan serius tentang sifat "perdamaian" yang diusung.
Melansir dari laporan International Crisis Group, gencatan senjata tanpa penarikan pasukan seringkali dipandang oleh pihak yang diduduki sebagai bentuk konsolidasi kontrol, bukan penghentian permusuhan. Ini menciptakan ketidakpercayaan dan dapat memicu putaran kekerasan baru di kemudian hari. Bagi warga Gaza, kehadiran tentara Israel di dalam wilayah mereka sebagai simbol pendudukan dan ancaman yang konstan.
Akar Ketegangan: Kontrol dan Kedaulatan
Isu penarikan pasukan bukan hanya sekadar masalah teknis militer, melainkan inti dari perselisihan mengenai kedaulatan dan kontrol. Israel berpendapat keberadaan pasukannya diperlukan untuk alasan keamanan, termasuk mencegah serangan roket dan menghancurkan infrastruktur kelompok militan. Namun, bagi Palestina, ini adalah bentuk pendudukan yang melanggar hukum internasional dan menghalangi hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Menurut analisis yang diterbitkan oleh Council on Foreign Relations, pendudukan militer yang berkepanjangan akan memperburuk kondisi sosial-ekonomi di wilayah tersebut, memicu resistensi, dan pada akhirnya menghambat upaya pembangunan perdamaian jangka panjang. Gencatan senjata yang tidak diikuti penarikan pasukan hanya akan menjadi jeda taktis, bukan solusi mendasar.
Preseden Masa Lalu dan Kebrutalan yang Berlanjut
Sejarah konflik ini telah menunjukkan bahwa gencatan senjata parsial seringkali tidak menghasilkan perdamaian yang abadi. Seperti diberitakan oleh Amnesty International, dalam konflik-konflik sebelumnya, bahkan setelah kesepakatan gencatan senjata, laporan tentang penangkapan warga sipil, pembatasan pergerakan, dan bahkan serangan sporadis oleh pasukan Israel di dalam atau di sekitar Gaza masih terus terjadi. Ini menunjukkan bahwa kehadiran militer Israel, bahkan tanpa pertempuran skala besar, dapat tetap menjadi sumber kekerasan, ancaman, dan penderitaan.
Menyadur dari berbagai laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), pembatasan pergerakan barang dan orang oleh Israel di Gaza telah menjadi masalah kronis. Jika pasukan Israel tetap berada di dalam Gaza atau di perbatasan dengan kontrol penuh, bantuan kemanusiaan dan upaya rekonstruksi akan terus terhambat, yang pada akhirnya akan memperpanjang krisis kemanusiaan.