Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pembunuhan di Rue Morgue (Bag. 1)

15 Maret 2020   16:32 Diperbarui: 16 Maret 2020   00:18 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi pada cerita asli | The Murder in The Rue Morgue-Edgar Allan Poe

Cerita: Edgar Allan Poe

PARIS! Di Paris saat itu, pada musim panas tahun 1840. Di sana aku pertama kali bertemu dengan laki-laki muda yang aneh dan menarik itu. August Dupin.

            Dupin adalah anggota terakhir sebuah keluarga yang sangat terpandang, sebuah keluarga yang kaya dan terkenal; toh, dia sendiri, jauh dari kekayaan. Dia memegang sedikit uang. Dia telah membelanjakannya banyak untuk kebutuhan-kebutuhan pokok hidup---dan beberapa buku; dia tidak mempedulikan istirahat. Hanya buku-buku. Dengan buku-buku dia  senang.

            Kami pertama kali bertemu saat sama-sama sedang mencari buku yang sama. Karena itu merupakan sebuah buku yang jarang didengar, kebetulan inilah yang mempertemukan kami di sebuah toko buku tua. Kemudian kami bertemu lagi di toko yang sama. Lalu kembali di toko buku yang lain. Kamipun mulai bercakap-cakap.

            Aku sangat tertarik dengan kisah keluarga yang yang dia ceritakan padaku. Aku terkesima, juga, betapa banyak dan betapa luasnya dia telah membaca; lebih berarti lagi, daya pikirnya yang keras seperti sebuah sinar yang terang bagi jiwaku. Aku rasa persahabatan dengan orang seperti itu akan memberiku kekayaan yang tak ternilai. 

Aku karenanya memberitahukannya perasaanku terhadapnya, dan dia mau untuk datang dan tinggal bersamaku. Dia akan mendapatkan, aku pikir, kegembiraan menggunakan banyak buku bagusku. Dan aku akan mendapat kesenangan mempunyai seseorang bersamaku, sebab aku tidak bahagia sendirian.

            Kami melewati hari-hari dengan membaca, menulis dan bercengkrama. Tapi Dupin seorang pecinta malam, dan pada malam hari, seringkali dengan hanya cahaya bintang-bintang yang menunjuki kami jalan, kami menyusuri jalanan Paris, sesekali bercakap-cakap, sesekali diam, selebihnya merenung.

            Akupun menemukan satu daya nalar khusus yang dia miliki, daya nalar yang luarbiasa. Menggunakannya memberinya kesenangan yang besar. Dia mengatakan padaku suatu kali, dengan tawa yang lembut dan tenang, kebanyakan orang mempunyai jendela di hati mereka; melalui inilah dia bisa melihat ke dalam batin mereka. 

Lalu, dia tahu tentang batinku sendiri; dan aku mendapatinya tahu sesuatunya tentangku yang aku pikir hanya aku yang dapat mungkin tahu. Sikapnya untuk saat-saat ini dingin dan asing. Matanya terlihat kosong dan menerawang jauh, dan suaranya menjadi tinggi dan gelisah. 

Pada saat-saat seperti itu sepertinya aku melihat tidak hanya seorang Dupin, tapi, dua orang Dupin---seorang yang dengan dingin mengumpulkan sesuatunya, dan seorang lagi yang dengan dingin pula memisahkanya.

            Suatu malam kami turun menyusuri satu jalanan Paris yang panjang dan kotor. Kami berdua sibuk dengan pikiran kami. Tidak juga bercakap-cakap selama kira-kira lima belas menit. Seperti kami saling lupa jika yang lain berada di sana, di sampingnya. Toh akupun tahu Dupin tidak melupakanku. Tiba-tiba dia berkata, "Kamu benar. Dia pemuda yang sangat kecil, itu benar, dan dia akan lebih berhasil jika dia memainkan di dalam kotak korek, lakon-lakon yang tidak begitu serius."

            "Ya, tidak dapat diragukan!" kataku.

            Mulanya aku tidak melihat keganjilan di sini. Dupin sepakat denganku, dengan pemikiranku. Ini, tentu, nampak bagiku wajar saja. Untuk beberapa saat aku kembali melangkah, dan merenung; tapi tiba-tiba aku sadar Dupin telah sepakat dengan sesuatu yang masih sebuah pemikiran. Aku tidak pernah mengatakan sepatah katapun. 

Aku berhenti melangkah dan berpaling ke temanku. "Dupin," kataku, "Dupin, ini di luar pemahamanku. Bagaimana kau dapat tahu aku sedang berpikir tentang ..."sampai di sini aku berhenti, sekedar mengujinya, untuk mengetahui apakah dia benar-benar tahu pemikiranku yang tersembunyi.

            "Bagaimana aku tahu kau sedang berpikir tentang Chantilly? Kenapa kau berhenti? Kau sedang berpikir Chantilly terlalu kecil untuk lakon-lakon yang dia mainkan.

            "Itulah sesungguhnya yang sedang aku pikirkan. Tapi, katakana padaku, demi nama Tuhan, dengan cara---jika ada cara---apa kau dapat melihat ke dalam batinku dalam hal ini."

            "Penjual buah."

            "Penjual buah? Aku tidak tahu ada penjual  buah."

            "Aku maksud laki-laki yang berlari ke arahmu saat kita memasuki jalan ini---kira-kira sepuluh atau lima belas menit yang lalu, mungkin kurang."

            "Ya; ya, benar, aku ingat sekarang. Seorang penjual buah, membawa sekeranjang besar apel di atas kepalanya, hampir membuatku jatuh. Tapi aku tidak mengerti kenapa penjual buah itu dapat membuatku berpikir tentang Chantilly---atau, jika dia dapat, bagaimana kau dapat mengetahuinya."

            "Akan ku jelaskan. Dengarkan baik-baik sekarang:

            "Mari kita telusuri pemikiranmu dari penjual buah itu ke pemain lakon, Chantilly. Pemikiran itu mengalir seperti ini: dari penjual buah itu ke batu-batu jalanan, dari batu-batu jalanan ke "Stereotomy", dan dari "Stereotomy" ke Epicurus", ke Orion, dan lalu ke Chantilly.

            "Saat kita berbelok ke jalan ini penjual buah itu, berjalan sangat cepat melewati kita, berlari menyenggolmu dan melempar langkahmu ke batu-batu jalan yang tidak teratur rapi, dan aku dapat melihat batu-batu itu telah melukai kakimu. Kamu mengumpat, dan meneruskan langkah. Tapi kau tetap memandang ke bawah, ke batu-batu jalanan itu, hingga aku tahu kau tengah berpikir tentang batu.

            "Lalu kita sampai ke sebuah jalan kecil yang tertata dengan batu-batu yang terpotong menjadi jalan yang baru dan sangat khusus. Di sini wajahmu menjadi lebih cerah dan aku lihat bibirmu bergerak. Aku dapat memastikan kau sedang mengucapkan kata "Stereotomy", nama untuk jalan baru dari bongkahan-bongkahan batu ini. Sebuah nama yang aneh, bukan? Tapi kau akan ingat kita membacanya di surat kabar tepat kemarin. Aku pikir kata "Stereotomy" akan membuatmu berpikir tentang penulis Yunani kuno itu yang bernama Epicurus, yang menulis tentang sesuatu yang dia sebut atom; dia percaya dunia dan segala sesuatu di langit sama tersusun oleh atom-atom ini.

            "Belum lama barusan kau dan aku membicarakan Epicurus dan idenya, atomnya, ide yang Epicurus tulis sekitar lebih dari 2000 tahun yang lalu. Kita membicarakan betapa berartinya ide-ide kuno itu layaknya ide-ide sekarang tentang bumi dan bintang-bintang dan langit. Aku merasa yakin kau akan menengadah ke langit. Kaupun menengadah. 

Nah aku yakin aku dapat mengikuti pemikiranmu yang nyata masuk ke dalam pikiranmu. Aku juga menengadah, dan melihat sekelompok bintang yang kita sebut Orion begitu terang dan jelas malam ini. Aku tahu kau akan memperhatikannya, dan berpikir tentang nama Orion.

            "Sekarang ikuti pemikiranku baik-baik.Tepat kemarin, di suratkabar, ada sebuah artikel tentang aktor Chantilly, artikel yang tidak memihak pada Chantilly, tidak memihak sama sekali. Kita tahu penulis artikel itu mempergunakan banyak kata yang diambil dari sebuah buku yang kita sama-sama telah baca. Kata-kata ini tentang Orion. Maka aku tahu kau akan menghubungkan kedua pemikiran tentang Orion dan Chantilly itu. Aku lihat kau tersenyum, membayangkan artikel itu dan kata-kata keras di dalamnya.

            " Lalu aku lihat kau berdiri lebih tegap, setegap yang kau bisa. Aku yakin kau sedang membayangkan ukuran Chantilly, dan khususnya tingginya. Dia kecil; dia pendek. Dan maka aku berujar, mengatakan dia sungguh seorang pemuda yang sangat kecil, Chantilly ini, dan dia akan lebih berhasil jika dia memainkan di dalam kotak korek, lakon-lakon yang tidak begitu serius."

            Aku tidak akan mengatakan aku terkejut. Aku lebih dari terkejut; aku terpengarah. Dupin benar, sebagaimana yang dia katakan. Itulah yang nyata ada dalam pemikiranku, pemikiranku yang tersembunyi, yang bergerak dari satu pemikiran ke pemikiran berikutnya. Tapi jika aku terperangah karenanya, akupun akan lebih terperangah.

            Suatu pagi lelaki menarik yang aneh ini menunjukan padaku sekali lagi daya nalarnya yang luarbiasa. Kami dengar seorang wanita tua telah dibunuh oleh orang-orang tak dikenal. Pembunuhnya, atau para pembunuhnya, telah memenggal kepalanya---dan menghilang ke tengah malam. Siapa pembunuh ini? Polisi tidak mempunyai jawaban. Mereka telah melacak tiap tempat dan tidak menemukan apapun yang membantunya. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan kemudian. Dan begitulah---mereka tidak melakukan apa-apa.

            Tapi tidak Dupin. Dia tahu apa yang harus dilakukan. (bersambung ke bag.2)

* dialihbahasakan dari The Murder in The Rue Morgue, sebuah cerita berseri dalam booklet antologi cerita Edgar Allan Poe: Storyteller yang diterbitkan oleh radio Voice of America 

** Rue merupakan istilah dalam bahasa Prancis untuk menyebut jalan. Morgue juga berasal dari bahasa Prancis yang berarti bangunan di mana polisi menaruh mayat dari orang yang tidak dikenal yang bunuh diri atau terbunuh karena kecelakaan atau pembunuhan. Kata Morgue diambil ke dalam bahasa Inggris dengan arti yang sama dan mulai digunakan pada tahun 1841. Poe sendiri menulis kisah ini sebelum tahun 1841

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun