Perubahan kebutuhan dalam proyek perangkat lunak adalah fenomena yang tak terelakkan. Namun, dalam lingkungan Global Software Development (GSD), tantangan ini semakin kompleks karena faktor-faktor seperti komunikasi yang tersebar, perbedaan budaya, dan kurangnya pemahaman semantik yang seragam di antara tim yang bekerja dari berbagai lokasi. Artikel ini memperkenalkan kerangka kerja berbasis ontologi multilevel yang bertujuan untuk meningkatkan Requirements Change Management (RCM) dengan memastikan keakuratan semantik dari setiap permintaan perubahan kebutuhan (Change Request - CR).
Pendekatan berbasis ontologi yang diusulkan oleh para penulis menarik perhatian saya karena dua alasan utama. Pertama, ontologi dapat menjadi alat yang kuat untuk menyelaraskan pemahaman di antara tim yang bekerja dalam GSD. Kedua, dengan pendekatan multilevel, framework ini mampu mencakup tiga aspek penting dalam RCM: domain perubahan kebutuhan (Requirements Change), rekayasa kebutuhan (Requirements Engineering), dan domain aplikasi spesifik (Software Application).
Tantangan dalam Manajemen Perubahan Kebutuhan
Dari berbagai studi yang dikutip dalam artikel ini, salah satu masalah utama dalam RCM adalah kesalahan komunikasi yang berakibat pada perubahan kebutuhan yang ambigu atau tidak sesuai. Dalam lingkungan GSD, hal ini semakin diperparah oleh keterbatasan interaksi langsung antar tim, yang berujung pada kesalahpahaman dalam interpretasi kebutuhan perangkat lunak.
Para penulis mengemukakan bahwa banyak Change Requests (CRs) yang diajukan oleh pemangku kepentingan sering kali ambigu atau tidak cukup jelas, yang menyebabkan kebingungan bagi para insinyur perangkat lunak yang bertanggung jawab atas implementasi perubahan tersebut. Artikel ini menyatakan bahwa solusi untuk masalah ini adalah dengan menerapkan pendekatan berbasis ontologi multilevel yang mampu mengklarifikasi semantik dari CRs sebelum dieksekusi.
Pendekatan Ontologi Multilevel
Kerangka kerja yang diusulkan dalam artikel ini terdiri dari tiga tingkat ontologi:
- First-Level Ontology: Ontologi perubahan kebutuhan (Requirements Change Ontology - RCO), yang digunakan untuk memodelkan konsep perubahan dalam RCM di lingkungan GSD.
- Second-Level Ontology: Ontologi rekayasa kebutuhan, yang membantu dalam pemetaan kebutuhan perangkat lunak terhadap prinsip-prinsip rekayasa kebutuhan yang telah ditetapkan.
- Third-Level Ontology: Ontologi domain aplikasi spesifik yang memastikan bahwa perubahan kebutuhan tetap sesuai dengan konteks bisnis dan aplikasi yang dikembangkan.
Framework ini diimplementasikan dalam bentuk modul authoring yang memungkinkan pemangku kepentingan untuk mengajukan CRs yang sesuai dengan ontologi yang telah ditentukan. Dengan demikian, setiap permintaan perubahan akan memiliki kejelasan semantik sebelum diserahkan kepada tim pengembang untuk diproses.
Keunggulan dan Implikasi Framework Ini
Setelah membaca artikel ini secara mendalam, saya melihat beberapa manfaat utama dari framework ini:
Meningkatkan Reliabilitas Permintaan Perubahan
Dengan menggunakan ontologi, setiap CR harus sesuai dengan konsep yang telah didefinisikan dalam framework, sehingga mengurangi kemungkinan kesalahpahaman antara pemohon perubahan dan tim pengembang.Mengurangi Waktu yang Dihabiskan dalam Proses RCM
Framework ini membantu tim rekayasa kebutuhan untuk dengan cepat mengevaluasi dan memahami permintaan perubahan, sehingga menghemat waktu yang sebelumnya dihabiskan untuk klarifikasi dan revisi CRs yang tidak jelas.Mencegah Kesalahan Semantik dalam Perubahan Kebutuhan
Dengan mendefinisikan konsep secara eksplisit dalam tiga tingkat ontologi, framework ini memastikan bahwa semua pemangku kepentingan berbicara dalam "bahasa" yang sama saat mengajukan dan mengevaluasi perubahan kebutuhan.Dapat Diadopsi oleh Berbagai Domain Aplikasi
Pendekatan multilevel memungkinkan framework ini untuk diterapkan dalam berbagai jenis pengembangan perangkat lunak, dari sistem bisnis hingga perangkat lunak industri.
Evaluasi Framework dan Kesimpulan
Para penulis melakukan evaluasi framework ini dengan dua metode: survei ahli dan studi kasus. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa framework ini meningkatkan reliabilitas CRs dan mengurangi waktu yang dihabiskan dalam RCM. Sementara itu, studi kasus yang menggunakan aplikasi RioMetro juga menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu meningkatkan kejelasan semantik dari CRs.
Namun, seperti halnya semua solusi berbasis ontologi, framework ini memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah kompleksitas dalam pembangunan dan pemeliharaan ontologi, terutama ketika aplikasi yang dikembangkan mengalami perubahan besar dalam persyaratan bisnisnya. Selain itu, adopsi framework ini dalam skala besar membutuhkan investasi dalam pelatihan dan penerapan yang memadai agar seluruh tim pengembang dapat menggunakannya secara efektif.
Secara keseluruhan, saya menilai bahwa pendekatan yang diusulkan dalam artikel ini adalah langkah inovatif dalam meningkatkan kualitas RCM dalam GSD. Dengan semakin berkembangnya proyek perangkat lunak yang berskala global, metode seperti ini dapat menjadi standar baru dalam pengelolaan perubahan kebutuhan.
Referensi:
Alsanad, A. A., Chikh, A., & Mirza, A. (2019). Multilevel ontology framework for improving requirements change management in global software development. IEEE Access, 7, 71804-71812. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2019.2916782
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI