Media sosial punya peran besar dalam membuat tren ini meledak. Dengan algoritma, foto AI tersebar luas dan cepat. Semakin banyak orang ikut, semakin normal terlihat. Lama-lama, orang tidak lagi bertanya "kenapa harus ikut," tapi langsung menganggapnya wajar.
Inilah yang disebut normalisasi budaya. Sesuatu yang awalnya cuma tren kecil bisa berubah jadi kebiasaan massal. Dari sisi sosiologi, ini menarik karena memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh media dalam membentuk perilaku kolektif.
Tapi normalisasi juga membawa risiko: orang jadi malas berpikir kritis. Kalau semua orang ikut, dianggap aman. Padahal kenyataannya belum tentu begitu.
Menghadapi dengan Bijak
Jadi, apakah salah ikut tren foto AI? Tidak selalu. Selama sadar dengan risiko dan tidak menjadikannya sebagai pusat nilai diri, sah-sah saja kalau cuma ingin sesekali bersenang-senang. Yang penting, jangan kehilangan kendali.
Ada baiknya juga Anda berhenti sejenak sebelum ikut-ikutan. Tanyakan pada diri: apa niat sebenarnya? cuma hiburan? Cari validasi? Atau sekadar takut ketinggalan? Dengan begitu, Anda bisa lebih jernih dalam menentukan langkah.
Sama seperti tren lain, yang dibutuhkan bukan penolakan total, tapi kebijaksanaan.
Refleksi Akhir
Pada akhirnya, foto AI hanyalah salah satu bentuk hiburan dari banyak tren digital yang akan datang dan pergi. Hari ini viral, besok bisa digantikan oleh hal baru. Tapi sikap Anda dalam menghadapinya akan menentukan seberapa sehat hubungan dengan teknologi.
Pertanyaan yang bisa direnungkan: apakah Anda ingin jadi pengguna yang sekadar terbawa arus, atau seseorang yang tetap bisa memilih dengan sadar? Dan, kalau hidup ini memang sementara, apakah Anda mau menghabiskan energi untuk terus mengejar validasi dari versi digital diri Anda, atau lebih memilih merawat versi asli yang sudah Allah titipkan?
Apakah Anda mau membiarkan foto AI mendefinisikan siapa diri Anda, atau Anda sendiri yang menentukan makna sejati dari hidup ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI