Ada satu titik dalam hubungan manusia ketika semua penjelasan, semua janji, bahkan semua permintaan maaf, tidak lagi punya makna. Titik itu bernama hilangnya kepercayaan. Anda pasti pernah mengalaminya, entah dalam lingkup keluarga, persahabatan, pekerjaan, atau bahkan urusan bisnis. Saat kepercayaan runtuh, rasanya seperti rumah yang ditiup angin ribut---kokoh di luar, tapi kosong di dalam.
Masalahnya, banyak orang masih berpikir kalau kata-kata bisa menambal segalanya. Padahal, begitu rasa percaya hilang, kata-kata justru terdengar hambar, bahkan menyakitkan. Seperti garam di atas luka.
Kenapa bisa begitu? Dan apa yang sebetulnya terjadi ketika kepercayaan menghilang? Mari kita pelajari pelan-pelan.
Kepercayaan Itu Fondasi, Bukan Hiasan
Kalau Anda membangun rumah, apa yang pertama kali dibuat? Bukan atap, bukan jendela, tapi fondasi. Sama halnya dengan hubungan antar manusia. Fondasi itu adalah kepercayaan.
Coba bayangkan seorang karyawan yang diberi tugas besar oleh atasannya. Selama bertahun-tahun, ia bekerja dengan penuh tanggung jawab. Atasannya percaya kalau tugas itu akan selesai dengan baik. Tapi suatu hari, karyawan itu kedapatan berbohong soal data laporan. Sekali saja. cuma sekali. Tapi sejak itu, atasan yang sebelumnya memberi ruang penuh, mendadak jadi ragu setiap kali karyawan itu bicara.
Kepercayaan memang rapuh. Butuh waktu lama untuk membangunnya, tapi cukup satu celah kecil untuk meruntuhkannya. Filosofisnya, manusia selalu menyimpan "memori emosional". Sekali dikhianati, otak akan otomatis menaruh tanda bahaya pada orang itu. Walaupun orang tersebut bersumpah seribu kali, hati sudah menutup pintu.
Kata-Kata Tanpa Bukti, Seperti Janji di Atas Pasir
Ada orang yang pandai sekali merangkai kata. Setiap kali berbuat salah, ia bisa menjelaskan dengan manis. Kadang disertai alasan logis, kadang dengan permintaan maaf yang menyentuh. Awalnya orang lain luluh. Tapi lama-lama, janji dan penjelasan itu terasa hampa.
Kenapa? Karena kata tanpa bukti, seperti janji di atas pasir. Kena ombak sedikit saja, hilang.
Dalam psikologi, ada istilah cognitive dissonance, yaitu rasa tidak nyaman ketika kata-kata tidak sejalan dengan kenyataan. Orang yang terus-menerus mendengar janji tanpa bukti akan mengalami kekecewaan berulang. Akhirnya, ia berhenti mendengarkan.
Di sinilah letak perbedaannya. Ketika kepercayaan masih ada, satu kata bisa lebih kuat dari seribu tindakan. Tapi begitu kepercayaan hilang, bahkan seribu kata pun tidak mampu menutupi satu kebohongan.