Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jalan-jalan yang Meliuk-ular

6 Agustus 2020   21:43 Diperbarui: 6 Agustus 2020   21:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika musim menggugurkan daun-daun jati
Dan membuat bunga-bunga kamboja mekar sempurna

Saat debu-debu ikut belari di belakang kayuh sepeda
Dan sengat sinar matahari membakar rumput-rumput

Itulah saat terbaik ke selatan

Melewati tikungan yang meliuk-ular
Menuju tanjakan-tanjakan yang bersembunyi di balik bukit

"Kamu terlambat menempuh jalur ke selatan," katamu

Pohon-pohon terlanjur tinggi menjulang
Akar-akar menikam tanah-tanah kering di antara batuan karst

"Tetapi ombak berlari ke pantai yang sama," kataku

Dari sisi dekat pohon-pohon berdahan rendah
Di dekat kolam-kolam di antara batu karang
Aku mendekatimu
Di rumah berdinding bukit, beratap langit

"Memang, langit senja tidak selalu sama," lanjutmu sambil mengaduk teh di cangkir berdinding pendek

"Maka ada yang tidak pernah berubah," kataku

Merupa kabut-kabut yang berarak
Turun menyusur ketinggian
Menyelinap tanpa suara
Dan mengisi ruang-ruang yang hanya ditinggali sepi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun