Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Altar Paskah Hadir di Ruang-ruang Keluarga

12 April 2020   23:05 Diperbarui: 13 April 2020   15:00 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Rio Sulistyo Utomo menuliskan juga kesannya,”Gayeng (seru, Jw) nyiapin altar di rumah..”

Bantuan Teknologi

Kemajuan dan kecanggihan teknologi sungguh menjadi alat bantu yang memadai. Satu hal yang dapat disyukuri.

“Paskah yang unik, tidak akan bisa diulang pada tahun-tahun selanjutnya. Kita bisa memilih Misa di manapun juga: Jakarta, Denpasar, baik kokal maupun internasional. Tapi ada sedihnya, tidak bisa menerima tubuhNya secara nyata,” Agus Pujantoro menuliskan kesannya.

Senada dengan Agus Pujantoro, Emily Wu juga menuliskan, “Terkesan dengan Masa Paskah tahun ini, bisa mengikuti misa Pekan Suci dari beberapa Gereja Katedral di Indonesia. Katedral Jakarta lewat siaran langsung yang ditayangkan TVRI. Misa Kamis Putih ikut katedral Bandung. Misa Jumat Agung ikut Katedral Medan. Dan tadi malam, misa Malam Paskah ikut Katedral Semarang. Seru, haru dan jadi suatu pengalaman yang baru. Serasa keliling Indonesia, walaupun hanya di rumah saja.”

Terkesan dengan Masa Paskah tahun ini, bisa mengikuti misa Pekan Suci dari beberapa Gereja: Katedral Jakarta, Katedral Bandung, Katedral Medan, Katedral Semarang. Seru, haru dan jadi suatu pengalaman yang baru. Serasa keliling Indonesia, walaupun hanya di rumah saja

Lucas Djatmiko Heri Nugroho, seorang guru di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, juga membagikan pengalaman, “Baru Paskah tahun ini (12 April 2020), kami sekeluarga (berempat) bertiga di rumah ,satu di Surabaya merayakan Paskah sebagai hari raya teragung bagi umat Kristiani di rumah. 

Nanda di Surabaya mengikuti misa on-line (katanya) dari rumah kontrakan, dan kami bertiga ( saya, istri, dan Nugy si bungsu) ibadat keluarga di rumah menggunakan panduan lembaran yang disiapkan paroki, madah bakti, dan buku Ruah. 

Tahun sebelumnya kami selalu pergi ke gereja pusat paroki atau stasi merayakan bersama umat Katolik yang lain.Ini terjadi karena taat pada anjuran Gereja dan pemerintah untuk memutus mata rantai penularan covid-19. Ya, di tengah situasi pandemi corona Covid-19. Kami taat anjuran Gereja dan pemerintah.”

Tuhan yang Menjangkau Semua Hati

Pada akhirnya, kita sungguh merasakan bahwa situasi Paskah 2020 yang dilihat dari banyak sisi juga melahirkan perspektif baru tentang doa dan peribadatan. Bertold Sumedi menuliskan, “Bahwa prosesi tidak selalu harus dipuja-puji dan kaku. Allah Mahatahu, maka dengan berbagai cara dan media, Paskah tetap bisa berkesan dan syahdu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun