Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Waktu di Jalan Berbatu

21 Maret 2019   15:19 Diperbarui: 21 Maret 2019   15:32 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Berbatu ke Posong. Dokpri.

Bukankah tidak ada yang dapat disesali pada hari ini: tidak perjumpaan, pun perpisahanKeduanya adalah sebuah kesatuan

Aku menjumpai untuk kemudian berpisah
Saat terpisah, itu hanya waktu menunggu untuk menyua kembali

Tidak ada yang sungguh-sungguh sama
Tidak ada yang sungguh-sungguh berbeda
Tidak ada yang sungguh-sungguh kumiliki
Tidak ada yang sungguh-sungguh tidak kumiliki

Seperti nafas yang belalu-lalang dalam seluruh nadi kuhembuskan kembali

Kutarik sesukaku, merupa membongkar tumpukan catatan yang terus menggunung
Lalu kuhembuskan, seperti merelakanmu pergi menyusuri jalan ke barat

"Mampirlah, aku sudah sampai di Posong," lalu pesan pendek kuakhiri dengan senyum yang tidak akan pernah kau lihat

Tawaran yang pasti sia-sia, dengan kedatangan yang tidak akan pernah terjadi

Tetapi, tunggu, mungkin akan ada waktu itu !

Saat kita bertukar cerita dengan kaki dinaikkan ke kursi
Untuk menghindari hawa dingin dari halaman depan yang menyusup masuk melalui bawah pintu

Derit daun pintu adalah paragraf pembuka cerita
Tetapi apa yang akan dapat diceritakan kemudian?

Karena tangisan juga adalah kebahagiaan
Dan senyum adalah juga kesedihan

"Kapan terakhir kau bersedih?" tanya itu mungkin juga tidak akan terjawab olehku

Kegembiraan sering sama dengan kesedihan
Kesedihan sering sama dengan kegembiraan

Iya. Bukankah keduanya sama saja?

Kegembiraan mengawali kesedihan
Kesedihan mengawali kegembiraan

Lalu waktu terus berlalu melewati jalan-jalan berbatu yang melewati tiga jembatan kecil
Sebelum kemudian jalan berbatu menembus rimbun pohon-pohon bambu

Kembali melewati satu jembatan kecil sebelum turun ke Kali Dadar di utara dusun

Waktu akan terus pergi menyusuri jalan-jalan berbatu
Lalu kembali lagi pada sebuah ketika

Begitulah. Aku memang tidak memiliki masa lalu pun masa depan

Dulu pernah kutinggalkan sebuah waktu untuk kujadikan masa lalu
Tetapi kemudian, waktu yang sama itu, kutemui di masa depan: tepat di sampingmu

| Posong | 20 Maret 2019 | 18.30 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun