Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Waktu di Jalan Berbatu

21 Maret 2019   15:19 Diperbarui: 21 Maret 2019   15:32 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Berbatu ke Posong. Dokpri.

"Kapan terakhir kau bersedih?" tanya itu mungkin juga tidak akan terjawab olehku

Kegembiraan sering sama dengan kesedihan
Kesedihan sering sama dengan kegembiraan

Iya. Bukankah keduanya sama saja?

Kegembiraan mengawali kesedihan
Kesedihan mengawali kegembiraan

Lalu waktu terus berlalu melewati jalan-jalan berbatu yang melewati tiga jembatan kecil
Sebelum kemudian jalan berbatu menembus rimbun pohon-pohon bambu

Kembali melewati satu jembatan kecil sebelum turun ke Kali Dadar di utara dusun

Waktu akan terus pergi menyusuri jalan-jalan berbatu
Lalu kembali lagi pada sebuah ketika

Begitulah. Aku memang tidak memiliki masa lalu pun masa depan

Dulu pernah kutinggalkan sebuah waktu untuk kujadikan masa lalu
Tetapi kemudian, waktu yang sama itu, kutemui di masa depan: tepat di sampingmu

| Posong | 20 Maret 2019 | 18.30 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun