DARUL AHDI WA SYAHADAH
Prinsip-Prnsip darul ahdi wa syahada ;
1. Â Menghormati kesepakatan nasional
2. Â Menjadi warga yang bertanggung jawab
3. Â kesaksian iman dan amal solih
4. Â membangun pradaban utama
Hubungan  Darul Ahdi (negara kesepakatan) dan Syahadah (persaksian atau pembuktian) dalam kehidupan yaitu dimana umat Islam, khususnya dalam konteks Indonesia, memahami dan berkomitmen pada negara Pancasila sebagai hasil konsensus nasional yang harus diisi dan dibela dengan berbagai upaya positif. Darul Ahdi menekankan bahwa Pancasila adalah perjanjian bersama para pendiri bangsa, sementara Syahadah tentunya  umat Islam harus secara aktif memberikan kesaksian berbentuk  pembangunan dan kontribusi nyata untuk mewujudkan negara yang maju, adil, dan makmur di kehoidupan masyarakat.
Harapan dari Darul Ahdi wa Syahadah adalah mewujudkan negara Pancasila yang aman, adil, makmur, dan bermartabat, serta menjadi negara yang berkemajuan sesuai ajaran Islam. Implementasinya meliputi komitmen pada perdamaian, persaudaraan, serta kepatuhan pada hukum dan falsafah negara. Selain itu, dilakukan pula aksi partisipatoris dalam pembangunan sumber daya manusia, seperti jihad ekonomi, ilmu pengetahuan, dan jihad prestasi, sebagai wujud tanggung jawab umat Islam untuk memajukan bangsa.
MAHASISWA DALAH KUNCI KETAHANAN BANGSA DI ERA POST TURTH
Mahasiswa merupakan kunci ketahanan bangsa di era post-truth karena mereka terjun langsung  sebagai agen perubahan dengan pemikiran kritis, garda terdepan dalam menjaga nasionalisme dan identitas bangsa, serta kontrol sosial yang mampu menangkal disinformasi melalui literasi yang kuat. Adanya  mereka sebagai  cadangan kekuatan bangsa menuntut mahasiswa untuk peka terhadap permasalahan bangsa dan  berkontribusi dalam pembangunan serta mempertahankan nilai-nilai kebangsaan di tengah arus globalisasi dan era digital.
MAHASISWA TIDAK BOLEH KRISIS POST TRUTH
 Krisis post-truth merupakan kondisi ketika fakta objektif memiliki pengaruh lebih kecil daripada emosi dan keyakinan pribadi dalam membentuk opini publik, yang berujung pada penyebaran misinformasi, kebencian, dan lemahnya kepercayaan terhadap institusi serta para ahli. Kesimpulan dari krisis ini adalah adanya ancaman serius terhadap demokrasi dan masyarakat yang terinformasi, serta kebutuhan mendesak gtentunya akan peningkatan gambaran  digital dan pemikiran kritis untuk melawan disinformasi .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI