Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingkah Pembekalan Kearifan Lokal dan Etika Masyarakat bagi Mahasiswa Merdeka?

21 Maret 2023   09:21 Diperbarui: 21 Maret 2023   14:31 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Desa. Sumber: freepik.com/wirestock

Permendikbud No. 3 Tahun 2020 Pasal 15 ayat 1 mengatur delapan bentuk program merdeka belajar kampus merdeka. Salah satunya yang akan kita ulas dalam tulisan ini adalah program membangun desa/Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Tematik.

Kenyataan di lapangan mahasiswa akan dihadapkan pada norma dan nilai adat-istiadat turun temurun yang telah dipegang teguh oleh warga desa. Norma dan nilai mengatur aktivitas harian masyarakat desa.

Mahasiswa memiliki peran pelaksana kegiatan kuliah pengabdian masyarakat tematik di desa. Oleh sebab itu pemahaman mendalam mengenai apa saja kearifan lokal setempat harus diketahui terlebih dahulu.

Pihak kampus memberi kesempatan tiap satuan kerja (Fakultas pengemban kegiatan mandiri) membekali elemen yang terlibat dalam kegiatan untuk duduk bersama dalam forum Focus Group Discussion (FGD). Dosen pembimbing, pimpinan Fakultas, aparatur desa dan berbagai mitra pemberdayaan desa turut berhadir. Penjajakan bentuk kearifan lokal dan etika masyarakat desa binaan menjadi topik diskusi. 

Sebelum FGD berlangsung tim dari Fakultas melibatkan mahasiswa melakukan identifikasi potensi desa. Langkah yang ditempuh diawali dengan observasi langsung ke desa.

Tim bersama mahasiswa mengumpulkan data penting seperti data primer mata pencaharian dan sebagainya dibantu oleh aparat desa. 

Komunikasi dilakukan bertujuan mengumpulkan informasi mengenai : 1) apa saja bentuk kearifan lokal desa, 2) kapan kegiatan tersebut sering dilakukan masyarakat; 3) dimana kegiatan berlangsung; 4) mengapa kegiatan itu dilakukan; 5) siapa saja yang terlibat dalam kegiatan; 6) bagaimana kegiatan tersebut menyokong pemberdayaan masyarakat desa.

Diskusi santai di tempat terpisah juga dapat dilakukan oleh tim dan mahasiswa dengan melibatkan ketua pemuda, ketua penggerak PKK ataupun kelompok tani desa. Dosen pembimbing memberikan arahan pada mahasiswa untuk dapat melakukan identifikasi potensi bidang unggulan desa.

Penulis berkesempatan terlibat dalam pembimbingan mahasiswa KPM Tematik dengan tema lingkungan sehat. Tema ini sejalan dengan kegiatan yang relevan dengan pembangunan desa berbudaya lingkungan (Ecovillage). Ini sejalan dengan amanah program merdeka belajar membangun desa.

Potensi sebuah desa di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh di bidang pertanian dan peternakan. Mata pencaharian utama masyarakat bertani padi. Sasaran pelaksanaan kegiatan selanjutnya dikerucutkan pada target kelompok tani.

Dari proses identifikasi diketahui para petani di desa tersebut sering mengeluhkan adanya hama perusak tanaman padi. 

Mahasiswa diminta peka melihat potensi sumber daya lokal lainnya. Di waktu yang berbeda mahasiswa berkeliling desa untuk orientasi tempat sekaligus melihat apa saja yang dapat dieksplorasi.

Dasar ilmu sains mengantarkan mereka mencatat berbagai tumbuhan obat yang ditanam warga desa. Baik yang tumbuh di pekarangan rumah, tumbuh liar di pinggir jalan maupun terdapat pada hamparan hutan tidak jauh dari desa tersebut.

Dari ketua kelompok tani dan perwakilan kelompok pemuda juga diperoleh beberapa informasi tentang kebiasaan yang sering dilakukan menjelang tanam padi oleh masyarakat desa. Dua bentuk kearifan lokal dapat dirangkum dari diskusi saat itu. Khanduri Blang dan Keunenong.

Dua kearifan lokal Khanduri blang dan Keunenong berhubungan langsung dengan masa pertama bercocok tanam padi. Perwakilan warga desa bersama-sama dengan lembaga adat (Keujren blang) menentukan kapan waktu serentak untuk memulai menanam padi. Biasanya juga dibicarakan mengenai acara syukuran tanam padi (Khanduri blang).

Mereka mencatat semua informasi yang diperoleh dari desa dalam logbook harian. Catatan tersebut berdasarkan apa yang dilihat, respon diskusi dengan warga desa serta penerimaan sikap warga atas kehadiran pertama dalam observasi tersebut.

Hasil observasi tidak hanya dalam bentuk uraian, bebas saja bagaimana mereka tabulasikan informasi yang diperoleh. Bisa melalui foto, video maupun mengambil langsung contoh spesimen tumbuhan dari desa.

Sepulang dari desa tentu saja mereka membawa oleh-oleh hasil observasi. Saya meyakini oleh-oleh tersebut membuat hati mereka girang. Betapa tidak, mereka antusias sekali pada saat berdiskusi dengan saya beberapa waktu setelah observasi itu.

Mereka menyampaikan temuan observasinya. Saya mendengarkan dengan baik. Saya tidak kemudian langsung memberi saran apa yang harus mereka kerjakan selanjutnya. Saya minta mereka berpikir mandiri. Kira-kira apa yang bisa mereka kembangkan dari informasi kearifan lokal desa tersebut.

Benar saja, mahasiswa aktif jika didampingi 'pikiran liarnya' bisa imajinatif. Mereka bermimpi punya produk biosida dari tanaman Mengkudu, aset desa tersebut. Karena daun dan buahnya terbuang menjadi limbah.

Memang benar sesuatu yang berakar dari sebuah masalah sudah tentu sangat menarik untuk dicarikan solusinya. Terlebih desa binaan tersebut punya masalah dengan hama padi. Berdasarkan pengakuan ketua kelompok tani mereka belum pernah mengetahui cara membuat biosida dari tanaman Mengkudu.

Saya beri saran mereka untuk membuat terlebih dahulu rancangan kerja termasuk rancangan anggaran yang dibutuhkan untuk realisasi produk. Termasuk membuat desain poster padat informasi yang mudah dipahami warga.

Saya sarankan juga karena warga belum pernah mendapatkan pendampingan pengolahan limbah mengkudu menjadi biosida, mahasiswa dapat mengambil peran sebagai fasilitator pendampingan. Penyuluhan aplikasi biosida pada warga juga sebaiknya dilakukan mengingat masa tanam akan segera berlangsung.

Gambaran di atas satu dari strategi dalam mekanisme pembekalan kearifan lokal dan etika berkomunikasi dengan masyarakat. Poin pentingnya adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengembangan program diperoleh dengan pendekatan sosiosaintifik.

Dengan berbaur dengan masyarakat, informasi mengenai akar masalah seistem pertanian desa dapat diperoleh. Dikatakan saintifik karena mengedepankan langkah berpikir ilmiah yang sistematis.

Terkait kearifan lokal yang membutuhkan pendekatan sosial masyarakat dapat melibatkan mahasiswa secara langsung turut serta dalam kegiatan.

Menurut penulis, pembekalan kearifan lokal dan etika kemasyarakatan wajib dipenuhi, bahkan melibatkan mahasiswa secara langsung pra kegiatan sejak observasi.

Sehingga tidak ada lagi anggapan mahasiswa kaku dan tidak berbaur. Enggan bersentuhan dengan sawah karena kotor dan sebagainya. Meskipun untuk menjadi penggerak komunitas membangun desa, tidak hanya melulu turun ke sawah.

Mahasiswa merdeka dengan potensi akademiknya dapat menjadi penyumbang gagasan dalam sistem pertanian modern yang ramah lingkungan. Bergeser ke arah yang lebih baik dari sistem pertanian tradisional dalam menghasilkan outcome berdampak.

Senyum masyarakat berdaya dalam desa binaan adalah harapan civitas akademika.

Terima kasih sudah membaca. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun