Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingkah Pembekalan Kearifan Lokal dan Etika Masyarakat bagi Mahasiswa Merdeka?

21 Maret 2023   09:21 Diperbarui: 21 Maret 2023   14:31 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Desa. Sumber: freepik.com/wirestock

Dari proses identifikasi diketahui para petani di desa tersebut sering mengeluhkan adanya hama perusak tanaman padi. 

Mahasiswa diminta peka melihat potensi sumber daya lokal lainnya. Di waktu yang berbeda mahasiswa berkeliling desa untuk orientasi tempat sekaligus melihat apa saja yang dapat dieksplorasi.

Dasar ilmu sains mengantarkan mereka mencatat berbagai tumbuhan obat yang ditanam warga desa. Baik yang tumbuh di pekarangan rumah, tumbuh liar di pinggir jalan maupun terdapat pada hamparan hutan tidak jauh dari desa tersebut.

Dari ketua kelompok tani dan perwakilan kelompok pemuda juga diperoleh beberapa informasi tentang kebiasaan yang sering dilakukan menjelang tanam padi oleh masyarakat desa. Dua bentuk kearifan lokal dapat dirangkum dari diskusi saat itu. Khanduri Blang dan Keunenong.

Dua kearifan lokal Khanduri blang dan Keunenong berhubungan langsung dengan masa pertama bercocok tanam padi. Perwakilan warga desa bersama-sama dengan lembaga adat (Keujren blang) menentukan kapan waktu serentak untuk memulai menanam padi. Biasanya juga dibicarakan mengenai acara syukuran tanam padi (Khanduri blang).

Mereka mencatat semua informasi yang diperoleh dari desa dalam logbook harian. Catatan tersebut berdasarkan apa yang dilihat, respon diskusi dengan warga desa serta penerimaan sikap warga atas kehadiran pertama dalam observasi tersebut.

Hasil observasi tidak hanya dalam bentuk uraian, bebas saja bagaimana mereka tabulasikan informasi yang diperoleh. Bisa melalui foto, video maupun mengambil langsung contoh spesimen tumbuhan dari desa.

Sepulang dari desa tentu saja mereka membawa oleh-oleh hasil observasi. Saya meyakini oleh-oleh tersebut membuat hati mereka girang. Betapa tidak, mereka antusias sekali pada saat berdiskusi dengan saya beberapa waktu setelah observasi itu.

Mereka menyampaikan temuan observasinya. Saya mendengarkan dengan baik. Saya tidak kemudian langsung memberi saran apa yang harus mereka kerjakan selanjutnya. Saya minta mereka berpikir mandiri. Kira-kira apa yang bisa mereka kembangkan dari informasi kearifan lokal desa tersebut.

Benar saja, mahasiswa aktif jika didampingi 'pikiran liarnya' bisa imajinatif. Mereka bermimpi punya produk biosida dari tanaman Mengkudu, aset desa tersebut. Karena daun dan buahnya terbuang menjadi limbah.

Memang benar sesuatu yang berakar dari sebuah masalah sudah tentu sangat menarik untuk dicarikan solusinya. Terlebih desa binaan tersebut punya masalah dengan hama padi. Berdasarkan pengakuan ketua kelompok tani mereka belum pernah mengetahui cara membuat biosida dari tanaman Mengkudu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun