Mohon tunggu...
Diah Pranitasari
Diah Pranitasari Mohon Tunggu... Dosen

Strategic Management, Human Capital Management

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Digital Fatigue, Ketika Dunia Digital Membebani Pikiran dan Tubuh

8 Juli 2025   20:40 Diperbarui: 8 Juli 2025   20:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa Itu Digital Fatigue?

Di era digital yang semakin mendominasi setiap aspek kehidupan, manusia kini lebih bergantung pada teknologi dibandingkan sebelumnya. Bekerja, belajar, berkomunikasi, hingga mencari hiburan hampir seluruhnya berpindah ke layar digital. Perubahan ini dipercepat oleh pandemi COVID-19 yang memaksa adopsi massal sistem kerja jarak jauh dan pembelajaran daring.

Namun, kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan teknologi digital membawa konsekuensi yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah Digital Fatigue, yakni kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional akibat paparan layar digital yang berkepanjangan dan terus-menerus tanpa cukup jeda. Digital Fatigue sering juga disebut screen fatigue atau tech fatigue (WHO, 2020).

Fenomena ini ditandai dengan berbagai gejala, mulai dari mata kering dan sakit kepala, hingga kesulitan konsentrasi, iritabilitas, kecemasan, dan kelelahan emosional. Studi Microsoft (2021) menemukan bahwa aktivitas rapat virtual secara intens menimbulkan stres otak yang signifikan hanya dalam kurun waktu 30--40 menit. Sementara penelitian American Optometric Association menunjukkan lebih dari 50% pengguna layar digital mengalami ketegangan mata digital (digital eye strain) akibat penggunaan perangkat elektronik dalam jangka Panjang (Fauville et.al., 2021; American Optometric Association, 2020 )

Tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, Digital Fatigue juga menggerus kesejahteraan mental dan produktivitas. Informasi yang datang terus-menerus, notifikasi yang tak henti, dan multitasking digital membuat otak bekerja tanpa henti dalam hypervigilant state, sehingga rentan memicu stres kronis. Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko burnout, gangguan tidur, dan masalah psikososial lainnya (Sheppard & Wolffsohn, 2018)..

Oleh karena itu, penting bagi individu dan organisasi untuk memahami Digital Fatigue, mengenali faktor pemicunya, serta mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan yang tepat demi menjaga keseimbangan kesehatan dan kualitas hidup di tengah derasnya arus digitalisasi.

Baca juga: Work-Life Balance

Faktor Penyebab Utama

Digital Fatigue tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling memengaruhi. Fenomena ini berakar pada perubahan mendasar dalam cara manusia bekerja, belajar, dan bersosialisasi di era digital. Seiring adopsi masif teknologi komunikasi virtual, individu terekspos pada waktu layar yang semakin panjang, volume informasi yang berlebihan, serta tuntutan multitasking yang tidak selalu sesuai dengan kapasitas alami otak.

Selain itu, aspek fisik seperti kualitas ergonomi, pencahayaan, dan kondisi lingkungan kerja berperan besar dalam memperparah kelelahan fisik. Studi yang dilakukan Microsoft (2021) menemukan bahwa aktivitas rapat daring yang berulang tanpa jeda memicu peningkatan stres neurologis yang signifikan hanya dalam hitungan menit. Sementara itu, American Optometric Association (2020) menegaskan bahwa lebih dari setengah populasi pengguna perangkat digital mengalami ketegangan mata (digital eye strain), yang juga berkaitan erat dengan munculnya Digital Fatigue.

Tidak hanya durasi paparan layar, tetapi juga kualitas interaksi digital, kurangnya variasi aktivitas fisik, serta kondisi kesehatan mental individu menjadi pemicu penting. Lingkungan kerja yang kurang mendukung, misalnya ruangan bising atau ventilasi buruk, semakin memperburuk efek negatif ini. Jika faktor-faktor tersebut tidak dikelola dengan baik, Digital Fatigue dapat berkembang menjadi gangguan kesehatan yang lebih serius, termasuk burnout, gangguan tidur, kecemasan, hingga depresi.

Maka dari itu, memahami secara komprehensif faktor-faktor yang memengaruhi Digital Fatigue menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan dan mitigasi risiko bagi kesehatan fisik dan mental di era serba daring ini. Faktor-faktor penyebab Digital Fatigue diantaranya:

  1. Durasi Paparan Layar
    • Semakin lama waktu di depan layar (komputer, smartphone, tablet), semakin tinggi risiko kelelahan fisik dan mental.
    • Riset menunjukkan bahwa lebih dari 4 jam per hari penggunaan layar tanpa jeda signifikan berkorelasi dengan gejala screen fatigue.
  2. Frekuensi dan Intensitas Rapat Virtual
    • Sering berpindah dari satu pertemuan daring ke pertemuan lain membuat otak kelelahan karena terus memproses sinyal visual dan audio.
    • Konsep ini dikenal sebagai Zoom Fatigue (Fauville et al., 2021).
  3. Multitasking Digital
    • Melakukan banyak tugas digital bersamaan (misalnya mengetik laporan sambil membalas pesan dan memantau notifikasi) meningkatkan beban kognitif.
    • Multitasking membuat otak sering berpindah fokus (attention switching) yang melelahkan.
  4. Kualitas Ergonomi
    • Posisi duduk yang tidak ergonomis, pencahayaan ruangan yang buruk, atau layar dengan kecerahan berlebih memperparah ketegangan mata dan ketidaknyamanan fisik.
  5. Kualitas Konten Digital
    • Informasi yang terus-menerus bersifat negatif, berat, atau berlebihan juga meningkatkan stres mental (information overload).
  6. Kurangnya Batas Waktu Digital
    • Bekerja atau terhubung secara daring tanpa batasan jam kerja membuat tubuh tidak sempat beristirahat.
    • Work-life boundaries menjadi kabur.
  7. Kurangnya Variasi Aktivitas
    • Tidak adanya selingan aktivitas fisik atau interaksi sosial tatap muka membuat tubuh dan pikiran cepat jenuh.
  8. Kondisi Lingkungan
    • Ruangan panas, bising, atau kurang ventilasi memperburuk ketidaknyamanan saat bekerja di depan layar.
  9. Kondisi Kesehatan Pribadi
    • Mata kering, gangguan penglihatan, stres, atau masalah kesehatan mental sebelumnya dapat mempercepat munculnya gejala Digital Fatigue.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun