Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketahuan Anak Saat Ortu Berhubungan Intim: Pahami Dulu Kuncinya

28 Desember 2021   08:08 Diperbarui: 29 Mei 2022   00:13 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : anak terkejut | via today.com

"Aduh itu mah parah, parah, ceuk,"sahut seorang kawan saya. Tak ayal komentarnya mengundang senyum kami semua. 

Hanya saja, sebenarnya sampai seberapa jauh sih dampak yang diakibatkan peristiwa seperti ini bagi pertumbuhan mental anak? Yuks, intip sebentar. 

Beberapa ahli sempat berpendapat bahwa MENGETAHUI orang tua berhubungan intim bukanlah sebuah persoalan besar bagi perkembangan anak. 

Yang menjadi permasalahan adalah apabila anak-anak melihat dan mendengar suara saat orang tua berhubungan intim. Ini akan membuat anak menjadi tidak nyaman. 

Biasanya, orang tua lebih memilih untuk menyembunyikan "apa yang sedang terjadi" dari pada menjelaskan kepada anak-anak. 

Mungkin ini bukan menjadi persoalan bagi anak di usia tertentu. Tetapi bagi anak remaja yang tingkat kepo-nya setinggi alam ghoib, ini akan menjadi permasalahan bagi perkembangan mental mereka. 

Lalu apa bedanya antara mengetahui dan melihat? Bukankah anak-anak "sama-sama" mengalami keterkejutan itu? Hmm, ayook coba kita lihat lebih dekat lagi. 

Dalam kesempatan yang lalu saya telah membagikan tahapan pendidikan seks anak sesuai dengan kebutuhan mereka pada setiap tingkatan umur. 

Ada baiknya Anda juga membaca "Edukasi Seks: Berikut Ini Cara Memberi Edukasi Seks Ala Milenial"

Dalam artikel kali ini, saya merasa ingin kembali mengaitkannya. Betapa pendidikan seks kepada anak semenjak usia dini memang sangat dibutuhkan. 

Mungkin, ada beberapa dari teman-teman masih merasa rikuh atau belum terbiasa untuk memperkenalkan organ tubuh kita sesuai namanya. It's okay...ini bisa saya pahami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun