Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Andai Dunia Hanya Satu Warna

3 Juni 2020   23:26 Diperbarui: 4 Juni 2020   01:14 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : instagram.com|@ayu.diahas07


"Rinjani Anjasmara," akhirnya Miss Areta bukan Franklin memanggil namaku. Lembut tatapan matanya memaksaku maju ke depan kelas. Tanganku gemetaran, dingin, membeku, seakan enggan kugerakkan.

Bukan karena ruang kelas musik yang ber-AC tapi senyum bully teman-teman menggerayangi nyaliku yang mulai mengisut hingga ke pori-pori kulitku. Sialan, umpatku.

Akhirnya aku memilih gitar sebagai instrumen demonstrasi keahlianku meracik jemari berlafal cord berpadu dengan suara malaikat hasil gabungan genetika ibu dan bapak. 

Pelan namun pasti lagu allegro Blackbird sang legendaris Paul Mcartney kurubah warnanya menjadi lagu melankolis bertempo adagio mulai membius telinga penghuni ruang kelas. 

Sesaat kunikmati pemujaan teman-teman yang terbungkam di bawah titian intimidasi Miss Areta yang murka bila ada mulut berkicau kala seseorang sedang tampil di ujung panggung kecil buatannya.

Lidahku tak lagi kelu kala jemariku memetik dawai. Kubiarkan diriku terbang ke ruang Minneapolis dalam gelora apinya yang membara.

Ruang Minneapolis dalam segala visual media berlogo burung biru kembali menyentuh nalar pikirku, meski mulutku menggumamkan syair vokalis The Beatles. Amboy, aku suka momen ini. Miss Areta, you are nothing but a bless for me.

Belenggu australomelanesid selama ini seakan menimpakan kutuk atasku. Aku tidak pernah meminta supaya terlahir di dunia sebentuk fisik ini. Rambut keriting, kulit yang gelap, bibir agak menebal, ugh, seringkali teman-teman memanggilku "monyet".  Apakah mereka tak sadar, bahwa dalam teori permonyetan ala Charles Darwin sejatinya tak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari kera? 

Atau sikap sarkasme mereka adalah sebuah kejujuran keji beserta sejuta aksi bully yang seringkali mereka tempelkan di meja kelas, tas sekolah, bahkan tak ketinggalan gelarku "si krebo hitam" kesukaan mereka, mencitrakan bahwa mereka secara tak sadar telah bersikap lebih hewani dari seekor hewan?

Oh, entah apa yang ada dalam pemahaman mereka. Seperti dia kawanku si kurus ceking  Panji yang begitu saja menorehkan luka kala aku selesaikan syair terakhirku,

Blackbird singing in the dead of night/ Take these sunken eyes and learn to see/All your life/Youwere only waiting for this moment to be free

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun