Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Andai Dunia Hanya Satu Warna

3 Juni 2020   23:26 Diperbarui: 4 Juni 2020   01:14 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : instagram.com|@ayu.diahas07

Riuh celometan Panji dan rekan segera menggarami suasana kelas.

"Penyanyi itu bukan suaranya aja, warna kulit ama rambut juga ngaruh ..ya, ngga?" kata-katanya pelan disambut tepukan meriah rekan kembali menghujam jantungku menyimpan memori kelam dalam benak terdalam.

Benarkah berbeda itu salah? aku hanya bisa mengumpat dalam hati.

***

Malam menurun. Bulan bangkit menjangkiti kelam yang telah mati oleh sorot lampu kota. Aku masih di dalam kamar bersama lappy lawas berbuntel merk ecek-ecek melewati jalur jejaring sosialku. Mulai dengan CNN news, BBC world, The New York Time, hampir semua meniupkan issue protesan bagi pelanggaran HAM atas kaum negrito.

Aku tak pernah mengerti mengapa kasus George Floyd ini berhembus kencang. Berbagai teori konspirasi dan petuah netijen pun menghinggapi kuping dunia mayaku. Mulai isu elektoral, hingga keluhan umat religius pejabat St. John's Episcopal Church saat Trump menggunakannya sebagai photo.prop entah untuk tujuan apa.

Kemunculan #blakelivesmatters menghiasi puncak trending topic of the day, begitu pula #papuanlivesmatters seakan tak mau kalah berkompetisi menduduki rating tertinggi, memicu dasyatnya auman netijen mahabenar memberi aroma gurih bagi tema bumi menutup riuhnya kejayaan kasus covid19.

"Riri...makan, gih. Bubur manadonya keburu dingin," lengkingan suara ibu mendesir dalam resonansi yang selaras, begitu murni seiring suara perutku yang kelaparan.

Meja makan ini hanya berisi manusia ibu dan aku. Dihiasi taplak batik hasil hibah tetangga sebelah di saat plesir ke luar kota sebelum pandemi bebas menentukan langkah.

"Ibu harus makan,"sahutku. "Jaga kesehatan. Kemarin hasil lab gimana?" Ibu meletakkan kacamatanya. Hening.

Aku tahu ibu sudah berpuluh tahun berjuang sendiri. Sedari pagi menghabiskan waktu bersama murid-murid dan piano di sudut ruang rumah. Ibu piawai memainkan piano. Air on G String atau Minuet in G milik J.S Bach selalu mengalun merdu dari denting tuts piano ibu di ruang tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun