Digendongnya aku. Lalu kami melesat pergi. Dalam sekejap, diturunkannya aku di balkon kamarku. Sejenak mata kami beradu pandang. Aku merasakan sesuatu yang hangat dari sorot matanya. Aku tak pernah mengerti, mata yang begitu indah. Sedalam samudera.
"Puteri Sherin aku... Perang telah usai, aku harus kembali ke Kerajaanku, Saverian. Tuan Langboard menungguku di sana. Aku...harus pergi..."
"Emh.. Pangeran Arye...bisakah...bisakah kita bertemu lagi? Aku rasa, aku harus...kau tahu, Kerajaan kita perlu... kerja sama?" oh aku merasa sangat bodoh.
"Pedalaman dan pesisir harus menjadi satu, membentuk kehidupan,"ucap Pangeran Arye.
"Kau... Kau...dari mana kau tahu semua itu? Itu hanya ada dalam kitab nenek moyang kami?"
"Lihat kunci ini, Puteri," ia memperlihatkan sebuah kunci emas. Persis sama seperti kunci perak yang diberikan Ayah padaku sesaat sebelum ia meninggalkan aku dan Thea waktu itu.
"Diberikan secara turun temurun dari nenek moyang kami, raja-raja pesisir,"
"Pangeran, kurasa... Kita harus...," seulas senyum kudapati pada wajah malaikat ini.
"Aku mencarimu sekian lamanya, aku menunggumu sekian waktu, Puteri. Tapi kulihat kau dan Boone begitu dekat, jadi, aku menunggumu. Dan... monster bengis ada padaku, waktu itu,"
"Lalu?"