Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ia Raja Pesisir, Aku Raja Pedalaman [Part 11: End]

9 Februari 2020   10:10 Diperbarui: 9 Februari 2020   10:11 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia, malaikat yang wajahnya mirip Cornicus itu menarikku pelan ke dalam pelukannya. Aneh, aku merasakan pelukan itu hangat, nyaman, dan aku mendengar detak jantung yang sama, detak jantung yang teramat kukenal.

"Kau mendengarnya, Puteri?"tanya malaikat itu. Sesaat aku memandang wajahnya. Lalu kembali menyandarkan kepalaku di dadanya, hanya untuk mendengar musik terindah dalam hidupku. Detak jantung Boone.

"Siapa kau?"

"Akulah Arye. Akulah sang Cornicus. Aku yang merampas jantung sahabatku sendiri, Boone. Aku tak pernah mengira, jantung Boone menyimpan begitu banyak hal baik, menyatu dengan kekuatan ketulusan yang tersimpan dalam liontin ibumu ini, mengubahku dari seorang malaikat Iblis menjadi malaikat pelayan Sang Penguasa.

"Dan cintamu pada Boone memanggilku, saat Tuan Langboard menyembunyikanmu di taman itu. Aku hanya mengikuti kata hatimu, Puteri.

"Aku membunuh sahabatku sendiri. Karena itulah aku merasa sangat bersalah padamu. Dan kini jantungnya mengisi tubuhku yang dulu kosong tanpa hati. Tanpa rasa. Tanpa belas kasihan, atau bahkan cinta.


"Sekarang, Puteri Sherin, aku akan selalu di sisimu, jika kau ijinkan, aku akan menjagamu. Mungkin aku bukanlah Boone si Penakluk Samudera itu. Tapi, aku akan memastikan bahwa tak akan ada seorang pun yang akan berani menyakitimu." Pangeran Arye, atau Cornicus tak berani menatapku. Kepalanya tertunduk.

Aku terdiam. Tak tahu lagi harus berkata apa. Kemarahan sempat menyeruak, bergemuruh dalam dadaku. Ingin aku menikamnya saat itu juga. 

"Pangeran, kau tak tahu apa yang telah kau renggut dariku. Boone bukan hanya kekasihku. Dia memiliki nafasku, setengah jiwaku, dia, mimpi yang kau renggut dari malam-malam indahku. Dan sekarang,...."

"Bahkan mati di tanganmu adalah kehormatan bagiku, Tuan Puteri," sebuah pedang berkilat ia berikan padaku.

"Apa yang kudapatkan dari kematianmu? Kau telah membunuh dirimu sendiri, Pangeran. Sekarang, aku hanya menginginkan engkau hidup. Sebab dalam dirimu ada jantung Boone yang menghidupimu. Sekarang hantar aku pulang. Aku harus pulang. Ayah pasti mengharapkanku pulang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun