Nama: Risma Alfiona
Instansi : IAI SEBI , Depok
Trauma dan Ingatan: Bagaimana Masa Lalu Membentuk Diri Seseorang
Setiap manusia membawa cerita dalam dirinya. Ada yang manis, penuh kebahagiaan, tetapi ada pula yang pahit, penuh luka dan kenangan kelam. Psikologi mengajarkan bahwa pengalaman masa lalu tidak pernah benar-benar hilang. Ia tersimpan dalam ingatan, membentuk cara seseorang berpikir, merasakan, hingga bertindak dalam kehidupannya. Trauma adalah salah satu bentuk pengalaman masa lalu yang paling kuat memengaruhi diri seseorang. Meskipun sering tidak terlihat dari luar, trauma meninggalkan jejak mendalam yang bisa membentuk bahkan mengubah kepribadian dan cara pandang hidup seseorang.
Trauma dalam Perspektif Psikologi
Trauma dapat diartikan sebagai pengalaman emosional yang begitu intens dan menyakitkan, sehingga sistem psikologis seseorang tidak mampu sepenuhnya mengatasinya. Trauma bisa muncul dari berbagai peristiwa, seperti kekerasan, kehilangan orang terdekat, bencana, bullying, atau pengalaman masa kecil yang penuh tekanan.
Menurut American Psychological Association (APA), trauma bukan hanya soal peristiwa itu sendiri, melainkan juga tentang bagaimana individu memaknainya. Dua orang bisa mengalami peristiwa yang sama, tetapi dampak psikologisnya bisa berbeda. Ada yang mampu bangkit lebih cepat, sementara ada pula yang mengalami luka batin berkepanjangan.
Ingatan dan Jejak Trauma
Ingatan bekerja layaknya sebuah arsip dalam otak manusia. Namun, trauma seringkali membuat arsip itu tersimpan dengan cara berbeda. Memori traumatis biasanya muncul kembali secara tiba-tiba, dalam bentuk mimpi buruk, kilas balik (flashback), atau reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi tertentu.
Penelitian neurologi menunjukkan bahwa amigdala (bagian otak yang mengatur emosi) sangat aktif saat seseorang mengalami trauma. Aktivasi berlebihan ini membuat ingatan traumatis tersimpan lebih kuat dibanding ingatan biasa. Inilah sebabnya, meskipun waktu telah berlalu, luka emosional dari masa lalu seringkali terasa seolah baru terjadi kemarin.
Dampak Trauma terhadap Diri Seseorang
Trauma tidak hanya memengaruhi ingatan, tetapi juga cara seseorang menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa dampak yang umum muncul antara lain:
Gangguan Emosi
Seseorang yang pernah mengalami trauma cenderung lebih mudah merasa cemas, takut, atau marah. Emosi yang tidak stabil ini bisa mengganggu hubungan dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri.
Perubahan Kepribadian
Ada individu yang menjadi lebih tertutup, sulit percaya pada orang lain, atau justru terlalu bergantung. Trauma masa lalu dapat membuat seseorang membangun "tembok pertahanan" dalam dirinya agar tidak terluka kembali.
Kesulitan dalam Relasi Sosial
Trauma bisa menciptakan pola pikir negatif, misalnya merasa tidak layak dicintai atau takut ditinggalkan. Hal ini berdampak pada hubungan persahabatan, keluarga, maupun percintaan.
Gangguan Psikologis
Dalam kasus berat, trauma dapat berkembang menjadi gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi, atau gangguan kecemasan yang memerlukan penanganan profesional.
Masa Lalu sebagai Pembentuk Identitas
Meskipun terdengar berat, trauma bukan hanya luka. Ia juga bagian dari proses pembentukan identitas. Banyak orang yang berhasil mengolah pengalaman pahitnya menjadi sumber kekuatan. Proses ini disebut post-traumatic growth, yaitu pertumbuhan pribadi yang muncul setelah seseorang berhasil melewati trauma.
Sebagai contoh, seseorang yang pernah mengalami kehilangan mungkin menjadi lebih menghargai waktu bersama orang yang dicintainya. Mereka yang pernah mengalami kekerasan bisa menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain, lalu berjuang membantu korban serupa. Dengan demikian, masa lalu tidak selalu harus menjadi beban; ia juga bisa menjadi guru kehidupan.
Penyembuhan dan Rekonsiliasi dengan Masa Lalu
Menghadapi trauma bukanlah hal mudah. Proses penyembuhan seringkali membutuhkan waktu panjang dan dukungan dari berbagai pihak. Beberapa langkah yang dapat membantu antara lain:
Mengenali dan Menerima Trauma
Langkah pertama adalah menyadari bahwa luka itu ada. Menolak atau menekan ingatan hanya akan membuatnya semakin kuat di alam bawah sadar.
Mencari Dukungan Sosial
Berbicara dengan orang yang dipercaya dapat membantu meringankan beban emosional. Dukungan dari keluarga, sahabat, atau komunitas sangat penting dalam proses penyembuhan.
Terapi Psikologis
Pendekatan profesional, seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) atau terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing), terbukti efektif membantu individu mengolah kembali memori traumatis sehingga tidak lagi menimbulkan penderitaan berlebihan.
Membangun Makna Baru
Mengubah perspektif terhadap masa lalu adalah bagian dari rekonsiliasi diri. Alih-alih melihat trauma hanya sebagai luka, seseorang bisa memaknainya sebagai pengalaman yang memperkaya hidup.
Masa lalu, khususnya pengalaman traumatis, memang tidak bisa dihapus dari ingatan. Namun, hal itu tidak berarti seseorang harus selamanya terikat oleh luka tersebut. Dengan kesadaran, dukungan, dan upaya penyembuhan yang tepat, trauma dapat diolah menjadi bagian penting dalam pembentukan diri. Ia bisa menjadi jendela untuk memahami betapa kuatnya manusia bertahan dan bangkit.Trauma dan ingatan adalah dua sisi mata uang yang saling terkait. Keduanya bisa menjadi belenggu, tetapi juga bisa menjadi sumber kekuatan. Pada akhirnya, yang menentukan adalah bagaimana seseorang memilih untuk berdamai dengan masa lalunya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI