Mohon tunggu...
danang kristianto
danang kristianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang biasa yang hobi membaca dan menulis.

freelancer, menatap dunia lebih apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Prosa | Barisan Kata yang Belum Juga Usai

10 November 2019   00:24 Diperbarui: 10 November 2019   01:35 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Dok. Pribadi

Melafalkan kata tampak mudah namun belum tentu mudah menemukan baris kata yang pas sebagai leksikalnya wali hati. Kemudian ingin dibiarkannya saja tanpa kepastian akhir cerita, sebab akhir memang tak selalu dirindukan baginya.  Jari jemarinya menari - nari seiring naluri yang membisiki alam pikir seraya meronta disegerakan hadir.

Sekali lagi kembali, kepada empunya cerita bagai sebuah dejavu peristiwa - peritiwa lalu yang seharusnya sudah menjauh kini kok malah kembali. Kini kok malah semakin sama pekat pada malam dipertengahan bulan. Semakin hangat dan seperti tak ingin pergi lagi. Kok gitu ya? Kenapa ya? padahal sudah tak dinginkan.

Begitulah,,,

Diri , Jiwa dan Materi diri lemah, tak akan mampu menantang logika Sang Maha Kuasa. Apalagi sampai mengungkap Misteri yang memang seharusnya tetap menjadi misteri.

Sejak saat dia yang kukasihi itu memilih jalan yang tak semestinya dengan rencana. Sejak saat itu pula aku pun tak ingin melihat walau hanya foto dirinya. Sama sekali. Mengharap pun seperti tak ingin. Sudah, Menjauhlah sejauh yang kau ingin atau bahkan lebih jauh lagi dari apa yang aku ingin. 

Barisan kata pelukis kemesraan cerita tentang kita pun telah sengaja tak ingin ku tuntaskan. Entah mengapa sepertinya memang tak ingin ku tuntaskan. Sama seperti diri ini yang tak ingin menuntaskan takdir. 

Namun diantara nama - nama wanita yang hadir kemudian. Seharusnya lebih mampu dan lebih baik daripada nama dan karakter dirimu. seharusnya begitu, namun tidak kali ini. Hasratku enggan dan berat bersama mereka. Tak ingin. Tak mau. Tak mengharap. Hambar.

Nyatanya dia kembali. 

Kemudian harus bagaimana? 

Haruskah kembali kurangkai lagi cerita yang dulu pernah ada itu. Haruskah ku lanjutkan lagi kisah yang belum sempat di tuntaskan. Ataukah dibiarkan tanpa diselesaikan. 

Sepertinya memang tidak harus diselesaikan sebagaimana alur cerita tanpa akhir kematian dari pelaku cerita. Sebab baginya akhir itu selalu menjadi penantian dan tetap begitu. Di ulang - ulang pun tetap begitu. Sampai pada akhir pertanyaan "Kenapa begitu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun