Suro "Sang Penebang", raksasa dari hutan jati yang hanya menggunakan kekuatannya untuk menjaga alam.
Mereka bukan pahlawan sempurna. Mereka sering gagal, sering tertawa di tengah kekacauan, dan bahkan tidak selalu tahu ke mana arah mereka. Tapi satu hal yang pasti: mereka tidak takut untuk bermimpi dan bertindak.
Dari selatan ke utara Blora, satu demi satu benteng rezim tumbang. Bukan karena senjata, tapi karena keberanian dan solidaritas. Rakyat yang sebelumnya diam kini bersuara. Mereka menyambut kru Topi Jerami Blora dengan nasi jagung, air kelapa, dan pelukan hangat.
Blora pun berubah. Bukan karena revolusi berdarah, tapi karena cinta. Karena dalam dunia fiksi ini, cinta pada keadilan dan rakyatlah yang akhirnya menang.
Kisah ini mungkin hanya fiksi. Tapi di balik tokoh Luffy Blora, ada pesan nyata: Blora dan Indonesia butuh pemimpin yang tulus, berani, dan mampu tertawa bersama rakyatnya, bukan menertawakan mereka.
Semoga suatu hari nanti, di dunia nyata, akan ada seseorang yang benar-benar datang memakai "topi jerami" dan membawa harapan untuk kita semua.
Saya menulis kisah ini dengan harapan agar masyarakat, terutama generasi muda, terinspirasi untuk tidak menyerah, terus bermimpi, dan melawan ketidakadilan dengan keberanian dan hati yang tulus.
Karena Manusia Blora itu adalah seperti Monkey D. Luffy.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI