Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Merdunya" Sejarah Gamelan dalam Relief Candi Borobudur

14 Mei 2021   19:05 Diperbarui: 14 Mei 2021   19:28 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu pertunjukan gamelan Jawa| Museum Volkenkunde Belanda

Harmoni dan suara yang menyenangkan dari gabungan semua instrumen tersebut menyebabkan musik Jawa mempunyai karakter yang khas di antara daerah Asiatik lainnya. Saking pentingnya gamelan, setiap penguasa lokal di Jawa paling tidak memiliki satu atau lebih gamelan.

"Satu set gamelan pelog mempunyai harga mulai dari seribu hingga 600 dolar (250 hingga 400 pounds), namun satu set gamelan bekas pakai sering dibuang. Pabrik terbesar terdapat di Gresik. Secara khusus gong merupakan barang ekspor yang mahal. Setiap penguasa lokal memiliki satu atau lebih gamelan, dan kurang lebih terdapat perlengkapan gamelan lengkah di kota-kota besar di propinsi sebelah timur," ujar Thomas Stamford Raffles dalam mahakaryanya, The History of Java (1817).

Gamelan Mendunia

Keterpesonaan orang Barat terhadap gamelan mempunyai sejarah yang panjang. Salah satu yang terpesona adalah Naturalis, Alfred Russel Wallace. Dalam pengembaraannya menjelajahi Nusantara dari 1854 hingga 1862, ia pernah terpesona dengan gamelan kala berkunjung ke Jawa. Alfred Russel Wallace menyaksikan permainan gamelan sebagai bagian dari acara pesta --lima hari, lima malam-- sunatan kerabat Wedana Mojoagung (Jombang).

pertunjukan gamelan di Bandung| Prentenkabinet Leiden/Woodbury & Page
pertunjukan gamelan di Bandung| Prentenkabinet Leiden/Woodbury & Page
Pengamalan itu tak disia-siakan oleh sahabat dari Charles Darwin tersebut. Ia mengamati seluruh proses kaum bumiputra memainkan gamelan semalam suntuk. Menurutnya, seluruh perangkat gamelan membutuhkan 24 pemain. Selain pemain, ada seorang konduktor yang memimpin dan mengatur tempo. Tiap pemusik berperan pada bagiannya masing-masing. 

Buahnya, muncul sebuah kombinasi irama nan harmonis dari permainan gamelan. Harmonisasi itu disebutnya serupa mendengarkan kotak musik, tapi versi kotak musik raksasa.

"Seluruh pemusik adalah pemuda yang bermain musik dengan ketepatan tinggi. pertunjukan tersebut sangat menyenangkan namun, karena hampir semua alat musiknya sama, pertunjukan itu lebuh menyerupai sebuah kotak musik raksasa, daripada sebuah band. Untuk bisa menikmatinya, kita perlu melihat langsung seluruh pemain gamelan," cerita Alfred Russel Wallace dalam buku Kepulauan Nusantara (2009).

Keterpesonaan akan gamelan lainnya muncul dari penulis Belanda Leonhard Huizinga (1906-1980). Gamelan, kata Leonhard Huizinga hanya dapat dibandingkan keindahannya dengan dua hal: cahaya bulan dan air mengalir. 

Dirinya mengakui musik yang tercipta dari permainan gamelan memang bukan untuk telinga orang Eropa. Kendati demikian, keindahannya alunan nadanya dapat dinikmati oleh setiap bangsa. Serupa dengan menikmati ketenangan yang ditawarkan cahaya bulan ataupun air mengalir.

"(Gamelan) seperti cahaya bulan dituangkan di atas ladang. Ia mengalir dan mengalir, berkotek, berdenting hingga menggelegak, seraya air turun dari pegunungan. Namun tak pernah monoton. Sekarang suaranya mengalir lebih cepat dan lebih keras, sama seperti air yang mengalir tiba-tiba berbicara lebih keras di malam hari, dan kemudian menghilang lagi menjadi sunyi," pungkas Leonhard Huizinga dikutip Jaap Kunst dalam buku Music in Java (1949).

pertunjukan gamelan di Jawa| Prentenkabinet Leiden
pertunjukan gamelan di Jawa| Prentenkabinet Leiden
Setelahnya, gamelan pertama kali diperkenalkan di Eropa dalam pameran bertajuk Nationale tentoonstelling van Nederlandsche en koloniale nijverheid di Arnhem (Belanda) pada 1879. Pameran itu adalah bentuk promosi dagangan Belanda akan produk unggulan dari negeri koloni. Promosi gamelan juga terus berlanjut ke pasar malam Royal Aquarium di Westminster (Inggris) pada 1882, Internationale Koloniale en Ultvoerhandel Tentoonstelling Colonial di Amsterdam (Belanda) pada 1883, Exposition Universelle di Paris (Prancis) pada 1889, dan Chicago Columbian Exhibition (Amerika Serikat) pada 1889.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun