Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alasan Menulis 4: Terukir Abadi dalam Sejarah

23 Maret 2024   12:45 Diperbarui: 23 Maret 2024   12:47 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.pexels.com

Di antara alasan lain mengapa kita perlu menulis adalah agar abadi dalam sejarah. Bagi orang besar, mungkin dia akan dicatat dalam sejarah. Orang lain dengan ringan akan mencatatnya dalam artikel-artikel atau buku-buku. Namun, bagi orang biasa, kita perlu mencatat sendiri agar jejak kita tidak hilang begitu saja.

Imam Al-Gazali pernah berkata bahwa jika kita bukan anak raja atau konglomerat maka jadilah penulis. Sebab lewat tulisanlah kita akan abadi. Jejak baik kita, gagasan, dan ide-ide kita bisa tetap abadi sepanjang tulisan kita ada dan dibaca oleh orang lain.

Kalaupun jejak kita dianggap tidak begitu berharga bagi orang lain, tapi percayalah, catatan kita akan sangat berarti bagi anak cucu kita. Lewat catatan itu, mereka akan mengenal dan belajar tentang kehidupan kita. Mereka akan mengambil jejak-jejak positif kita dan akan berusaha menghindari jejak negatif agar tidak terulang kembali.

Kalau kita menasihati orang lain lewat kata-kata, mungkin ucapan kita akan mudah ditiup angin. Ucapan kita akan lenyap begitu saja seiring waktu. Bahkan, kalaupun diingat oleh orang lain, itu sangat terbatas.

Ingatan seseorang sangat terbatas. Dalam waktu singkat, ingatan itu akan terkikis hingga lenyap. Alhasil nasihat itu hanya berhenti pada orang tersebut. Ketika dia lupa atau meninggal maka nasihat kita ikut lenyap.

Di samping itu, ucapan memiliki batasan ruang yang sangat sempit. Bisa jadi nasihat kita untuk satu orang hanya akan melekat pada orang tersebut semata. Berbeda dengan nasihat yang ditulis. Dia akan memberikan dampak pada siapa saja yang membacanya.

Ada sebuah adagium di antara para penulis. Mereka menyebut bahwa penulis adalah guru tanpa lembaga. Pembelajaran yang diberikan lewat tulisan melintasi ruang dan waktu. Bisa jadi dia duduk di kamarnya seorang diri, namun tulisannya telah mengajarkan pengetahuan kepada puluhan atau bahkan ribuan orang di luar sana.

Kita juga telah banyak belajar dari sejarah. Kekayaan sejarah, bahkan kemajuan suatu negara, sangat dipengaruhi oleh tulisan. Tanpa tulisan yang ditinggalkan para pendahulu, kita akan sulit mengenal asal usul kita. Bagaimanapun kita memerlukan referensi dari para pendahulu.

Kemajuan suatu negara pun sangat dipengaruhi oleh tulisan. Tak ada negara atau bangsa yang maju tanpa memiliki budaya baca dan tulis yang baik. Kekuatan tulisan jauh lebih canggih dan abadi dibandingkan kekuatan fisik.

Para ilmuan atau ulama dikenal dari tulisan yang ditinggalkan. Orang-orang di kemudian hari akan mempelajari tentang mereka, gagasan, atau pikiran mereka melalui tulisan yang ditinggalkan. Jika tidak ada jejak tulisan yang ditinggalkan maka dia akan hilang ditelan sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun