Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Jalan

9 Desember 2018   12:14 Diperbarui: 9 Desember 2018   21:59 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Platform kereta kosong. Tidak. Sebenarnya ada dua manusia berdiri di situ. Yang perempuan memakai coat warna kuning secerah musim gugur. Yang pria tampak kasual meski memakai jas. Penampilannya yang santai mungkin berasal dari celana jeans yang dikenakannya.

Mereka duduk di bangku yang sama. Berjauhan. Menunggu. Kereta seharusnya datang sekitar tiga menit lagi. 

Si perempuan menatap lurus, menembus pagar kawat batas rel kereta. Di baliknya bersempitan semak dan pohon. Warna daunnya telah menguning, merah. Kata orang, itulah warna daun yang sebenarnya. Bukan hijau seperti yang biasa kita lihat. Seolah-olah mereka telanjang di musim gugur, berhenti menyaru, sebelum tidur musim dingin. Atau mati suri.

Si pria mengembuskan napas panjang. Ia berharap bisa merokok untuk mengusir dingin. Sayangnya ini bukan tempat yang tepat. Ia ingin berbicara, tapi juga merasa tidak tepat. Di kepalanya berkecamuk kata maaf. Namun, semuanya hanya mendekam di sana. Ia ingin berkata terus terang, "Aku masih mencintaimu, masih. Aku tak ingin pergi."

Si perempuan mungkin mendengar gejolak itu. Sepintas, ia sempat melihat ke arah si pria. Di samping kakinya ada sebuah tas besar. Ah, ia akan pergi. Perempuan itu memaklumi. Tempat ini akan semakin sepi. Kepergiannya akan banyak mengurangi kesibukan kota. Ia ingin berkata, "Jangan pergi. Jangan. Jangan matikan kota ini."

Samar terdengar kereta mendekat dan seperti dikomando, keduanya berdiri. Si perempuan menyentuh gagang kopernya. Si pria menyampirkan tas ke bahu. Kereta berhenti dan pintunya terbuka.

Si pria melangkahkan kakinya masuk ke gerbong. Hanya ada tiga orang di dalamnya. Sibuk membaca koran, buku, dan yang satunya tidur. Ia tetap berdiri, menatap platform. Perempuan itu masih di sana.

Pintu kereta akhirnya menutup dan sebelum tertutup total, si perempuan memutar tubuhnya. Dengan tegas ia melangkah ke arah platform berlawanan. Sebuah kereta tiba.

Pintu kereta si pria akhirnya tertutup rapat. Di saat yang sama, si perempuan masuk ke keretanya. Kereta si pria mulai bergerak dengan sedikit sentakan. Di seberangnya, kereta si perempuan masih diam. Pintunya baru akan menutup. Namun, masing-masing tak saling memperhatikan. Si pria berpikir tentang wanita yang ditinggalkannya. Si perempuan berpikir tentang lelaki yang meninggalkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun