Mohon tunggu...
Desni Taileleu
Desni Taileleu Mohon Tunggu... STT Ekumene Medan

Saya senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jatuh Bukan Akhir, Tapi Titik Awal Kisah yang Baru

11 Juli 2025   17:32 Diperbarui: 11 Juli 2025   17:32 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input foto: seseorang yang sedang jatuh (Sumber dari Google) 

 

Setiap orang pasti pernah berada di titik paling rapuh dalam hidupnya. Saat semangat mulai meredup, harapan terasa menjauh, dan langkah terasa begitu berat. Rasanya seperti tenggelam, sendirian, tanpa pegangan. Mungkin karena kegagalan yang memukul keras, kehilangan yang membuat hati kosong, dikhianati oleh orang yang paling dipercaya, atau bahkan hanya karena merasa tidak lagi berarti.

Namun, satu hal yang sering terlupa saat kita berada di titik itu: *jatuh bukanlah tanda akhir. Justru di situlah awal mula dari sesuatu yang baru bisa dimulai.

Banyak orang mengira bahwa bangkit hanya milik mereka yang beruntung. Padahal, bangkit bukan soal keberuntungan---*bangkit adalah pilihan. Dan pilihan itu tidak pernah mudah. Bangkit berarti berani membuka mata, melihat kenyataan yang tidak selalu indah, menahan rasa sakit yang belum reda, dan tetap memilih untuk melangkah. Itu bukan tentang kekuatan fisik, tapi keberanian batin untuk tidak menyerah meski dunia seperti tidak berpihak.

Saat kita jatuh, hidup memaksa kita berhenti. Kita kehilangan kontrol atas banyak hal, dan di situlah kita belajar bahwa tidak semuanya bisa kita genggam. Tapi justru di momen sunyi itu, muncul kekuatan yang selama ini tersembunyi. Kita mulai mendengar suara hati yang selama ini kita abaikan. Kita kembali menanyakan makna hidup, menyusun ulang arah, dan perlahan mulai menyadari: nilai diri kita tidak pernah ditentukan oleh seberapa sering kita gagal.

Tak jarang, momen kejatuhan justru mempertemukan kita dengan hal-hal paling berharga---yang selama ini kita anggap biasa. Dukungan dari keluarga, pelukan diam dari sahabat, ketenangan dalam doa, hingga jati diri yang sempat tenggelam dalam kesibukan. Dan ketika kita akhirnya memutuskan untuk bangkit, kita sudah bukan orang yang sama. Kita jadi lebih kuat. Lebih sadar. Lebih tahu siapa kita sebenarnya.

Hidup memang tidak selalu soal kemenangan. Kadang, kita harus mengalami kekalahan agar tahu rasanya menang. Seperti benih yang jatuh dan tertimbun dalam gelap sebelum akhirnya tumbuh menjulang ke atas, kita pun butuh waktu di ruang gelap itu untuk belajar bertumbuh dan berakar lebih dalam.* Kekalahan mengajarkan kita tentang kerendahan hati, tentang pentingnya berserah, dan tentang belajar dari luka yang pernah kita anggap kelemahan.

Mungkin kamu sedang ada di fase itu sekarang. Fase di mana semuanya terasa tidak pasti. Fase yang membuatmu bertanya, "Masih bisakah aku bangkit?"

Jawabannya: *bisa.*

Tapi bukan dengan terburu-buru. Bukan juga dengan menolak rasa sakit yang ada. Bangkit itu proses. Kamu boleh berhenti sejenak. Menangis kalau perlu. Tapi setelah itu, pelan-pelan, kamu akan menemukan arah baru. Kamu akan belajar berdamai. Menyusun ulang mimpi. Dan melangkah lagi---meski tertatih, tapi tetap melangkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun