sebuah meja kecil ditengah ruangan beralaskan debu
sungguh berat membersihkan wujud parasnya seperti semula
karena keengganan tangan yang tak ingin merelakan sebuah karya
yang pernah terpana oleh lukisan abstrak debu
hampir keluar ocehan setiap mata yang tertuju pada meja itu
mereka tidak melihat sebuah kebanggaan yang berharga
mereka tidak melihat setumpuk nilai yang telah diperjuangkan begitu lama
ternyata aku yang salah, masih berada pada regulasi pribumi
keletihan jemari tak henti untuk sebuah puisi entah berapa lama mencari dan untuk apaÂ
yang pasti masih tahu diri
kemarin rasanya masih ada kata naif, sekarang terdengar aktif
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!